Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Setelah menunggu sekian lama, tiba saatnya saya saat ini mengemukakan tentang pandangan politik saya terkait Pemilihan Kepala Daerah. Sengaja saya mengulur waktu untuk menulis ini, karena bagi saya ini adalah sesuatu yang memang dilematis.
Sekilas tampak benar dengan apa yang disampaikan sebagian teman-teman kepada saya, kalo kita tidak memilih dikhawatirkan nanti orang-orang kafir yang berkuasa. Jangan biarkan mereka untuk menang, dimanapun. Kalo mereka menang, maka umat Islam, khususnya HTI akan terus-terusan disikat oleh mereka.
Partai-partai Allah lah yang harus menang di semua penjuru negeri ini. Jangan biarkan partai-partai setan berkuasa. Jangan sampai kaum komunis dan dzolimun merajalela di Indonesia. Bisa hancur negeri ini jika mereka memegang tampuk kekuasaan negara.
Seperti itulah paling tidak hujjah politik dari sebagian teman. Saya 'husnudzon', mereka tulus memikirkan nasib saya dan gerakan Islam yang sepemikiran dengan saya. Hanya saja, sebagai orang yang dikaruniai akal oleh yang Maha Kuasa, logika saya tidak bisa diam untuk tidak melawan hujjah politik mereka.
Jika partai mereka memang anti setan, kenapa di beberapa daerah mereka bersekutu dengan setan? bukankah setan itu musuh yang nyata bagi orang-orang beriman. Di tempat ramai maupun di tempat sepi kita harus menjadikan mereka musuh.
Nalar saya belum bisa menerima, bagaimana mungkin partai yang katanya memperjuangkan kebenaran mau berkoalisi dengan partai-partai yang selalu menebarkan kedzoliman. Bagaimana mungkin "Partai Allah" mau bersekutu dengan "Partai Setan." Padahal kata Allah "setan itu musuhmu yang nyata, maka jadikanlah mereka sebagai musuh!."
Saya adalah bagian dari warga Jawa Barat, yang periode lalu dipimpin oleh seorang gubernur yang konon dari Partai Allah. Saya bertanya, kemana pak gubernur ketika saya dan teman-teman dibubarkan acara pengajiannya di mana-mana oleh sebagian oknum ormas Islam?
Jika gubernur yang dari partai yang antum dukung itu memang membela kami, kenapa beliau diam seribu bahasa ketika acara-acara kami dibubarkan di mana-mana, di Cirebon, Bandung dan yang lainnya?
Afwan, akhy! sulit rasanya bagi saya untuk mempercayai, bahwa nanti jika gubernur/bupati yang antum dukung menang, maka akan melindungi acara-acara kami di seluruh wilayah Jabar. Periode yang lalu adalah sebagai bukti, acara kami banyak dipersekusi, sementara sang gubernur dan bupati hanya berdiam diri.
Melalui tulisan ini saya tidak mengajak teman-teman untuk golput, saya hanya meminta alasan dari semua apa yang sudah saya tanyakan tadi. Memilih ataupun tidak itu adalah hak pribadi. Bagaimana mungkin saya percaya bahwa anda benar-benar cinta kepada saya, sementara anda malah berkawan mesra dengan pembunuh orang tua saya.
Jangan tuduh kami tidak memilih, jangan pula salahkan kami jika calon kalian kalah nanti!
Jangan tanyakan apa perjuangan HTI untuk politik umat Islam di Indonesia! Pada Pilgub DKI yang lalu, Hizbut Tahrir lah yang pertamakali mensosialisasikan haramnya menjadikan orang kafir sebagai pemimpin. Mereka membuat spanduk-spanduk sosialisasi dan membentangkannya di semua masjid di wilayah DKI setiap selesai sholat jum'at.
Sebab itulah kemudian HTI "dibunuh" oleh kelompok-kelompok yang mengusung pemimpin kafir itu. Bayangkan! itulah salah satu perjuangan Hizbut Tahrir untuk umat Islam Indonesia, mereka hingga rela terbunuh demi tak berkuasanya orang kafir dan partai-partai pendukungnya di nusantara.
Sayangnya, kenapa justru saat ini partai-partai yang konon dahulu anti pemimpin kafir itu justru banyak yang berkoalisi dengan partai-partai pendukung orang kafir. Ini yang saya masih belum bisa menerima.
Kalian tidak usah tau, siapa yang akan saya pilih di Pilgub/Pilbup nanti. Ini adalah ranah privasi. Saya hanya ingin menyampaikan, bahwa saya takut dengan pertanggung jawaban atas apa yang akan saya pilih nanti, sebab ini bukan hanya kaitannya urusan dunia, tetapi juga akhirat, yang menentukan kita akan mendapat surga atau neraka.
Apalagi jika semua calonnya tidak mempunyai kejelasan perjuangan, untuk menegakkan aturan-aturan Islam kah atau hanya sekedar untuk eksistensi jabatan.
Allaahummaa arinal haqqo haqqoo warzuqnatthibaa'ah
Wa arinal baatila baatilaa warzuqnajtinaabah
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnTheKhilafah
Cirebon, 26 Juni 2018
Posting Komentar