Pertama, jika kepala negara memerintahkan satu perkara yang menyelesihi hukum syariat yakni memerintahkan utk bermaksiat kepada Allah maka dalam kondisi ini, tidak wajib taat bahkan haram menaatinya. Berdasarkan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari & Muslim sbb:
على المرء المسلم السمع والطاعة فيما أحب وكره إلا أن يؤمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة
"Wajib atas seorang muslim utk dengar dan taat dalam semua yang ia sukai dan benci kecuali ia (khalifah) memerintahkan kpd satu kemaksiatan, maka tidak usah dengar dan taat (pada kemaksiatan)".
Kedua, jika kepala negara mencampuri perkara-perkara mubah yang termasuk hak masyarakat untuk mengerjakan ataupun meninggalkannya yakni bukan perkara mubah yang diminta syariat agar kepala negara mencampuri dan mengaturnya, maka dalam kondisi ini, tidak wajib menaatinya akan tetapi tidak haram juga untuk mengabaikannya. Hal ini sebagaimana yang dipraktekkan Rasulullah SAW dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di madinah al-munawwarah yang telah membiarkan masyarakat untuk mengerjakan perkara-perkara mubah yang menjadi hak mereka tanpa mencampuri dan mengaturnya.
Dan terakhir (ketiga), jika kepala negara tidak menerapkan Islam yakni ia bukan seorang khalifah atau imam yang dibai'at untuk menerapkan al-Quran dan as-Sunnah maka dalam kondisi ini, tidak wajib menaatinya secara mutlak dalam segala kebijakan dan peraturan yang dibuatnya. Dan tentu saja haram menaati segala macam perintahnya yang menyelesihi syariat. Diantara dalil-dalilnya adalah sbb:
1. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Dari mu'adz RA, beliau berkata:
يا رسول الله أرأيت إن كان علينا أمراء لا يستنون بسنتك ولا يأخذون بأمرك فما تأمر فى أمرهم؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا طاعة لمن لم يطع الله عز وجل
"Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika ditengah-tengah kami terdapat para penguasa yang tidak menerapkan sunnahmu dan tidak mengambil perintahmu, apa yang engkau perintahkan dalam urusan mereka? Maka Rasulullah SAW menjawab: "tidak ada ketaatan terhadap mereka yang tidak menaati Allah 'Azza wajalla".
2. Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Ahmad. Dar Abdullah bin Mas'ud bahwa Nabi SAW bersabda:
شيلي أموركم بعدي رجال يطفئون السنة ويعملون بالبدعة ويؤخرون الصلاة عن مواقيتها. فقلت يا رسول الله : إن أدركتهم كيف أفعل؟ قال تسألني يا إبن أم عبد كيف نعمل؟ لا طاعة لمن عصى الله.
"Urusan kalian sepeninggalku akan diatur oleh para lelaki yang memadamkan sunnah, mengerjakan bid'ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Maka aku berkata, wahai Rasulullah: jika aku mendapati zaman mereka, apa yang harus aku perbuat? Beliau SAW menjawab: engkau bertanya kepadaku ttg apa yang harus engkau perbuat wahai anak dari seorang Ibu hamba Allah? "Tidak ada ketaatan terhadap mereka yang bermaksiat kepada Allah".
3. Dari Ummu Hushain bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إن أمر عليكم عبد حبشي مجدع فاسمعوا له وأطيعوا ما قادكم بكتاب الله رواه إبن ماجة. وفى رواية للترمذي : ما أقام لكم كتاب الله. وفى رواية لمسلم : يقودكم بكتاب الله
"Jika kalian dipimpin oleh seorang budak hitam yang jelek maka dengar dan taatilah oleh kalian, selama ia memimpin kalian dg kitabullah (HR. Ibn Majah). Dalam riwayat milik Imam at-Tirmidzi dikatakan: "selama ia menegakan Kitabullah kepada kalian". Dan dalam riwayat milik imam muslim dinyatakan: "(selama) ia memimpin kalian dg kitabullah".
Menggunakan kitabullah dalam kepemimpinan mereka (para kepala negara) merupakan syarat agar mereka memiliki hak untuk ditaati rakyatnya. Jika syarat tsb tidak dimiliki mereka, maka kewajiban taat kpd mereka pun menjadi hilang. Wallahu a'lam..
(disarikan dan diterjemahkan oleh عبد البر بن أحمد dari sual jawab yang dikeluarkan hizbut tahrir pada tgl 1 September 1989)
Posting Komentar