BENARKAH HTI AKAN MENGHANCURKAN INDONESIA?

Oleh: Ust. Choirul Anam

Akhir-akhir ini banyak pihak yang suka melontarkan tuduhan bahwa HTI akan merusak Indonesia, negeri mayoritas muslim sehingga seperti Irak, Afganistan, Suriah, Palestina dan lain sebagainya. Dikatakan HTI memiliki visi dan misi tersembunyi untuk merusak dunia Islam dengan memecah belahnya dan menimbulkan konflik pada masyarakat yang cinta damai dan toleran seperti Indonesia ini.

Tulisan ini, akan membahas secara obyektif beberapa pernyataan di atas.

*****
HTI adalah organisasi dakwah Islam yang bercita-cita mewujudkan kerahmatan Islam secara nyata lewat penerapan syariah dalam bingkai Khilafah. Aktivis HTI terdiri dari berbagai kalangan, seperti ulama, penguasaha, intelektual, ustadz, mahasiswa, buruh, petani, nelayan, dan lain sebagainya. Mereka semua adalah orang-orang asli Indonesia, yang lahir, tumbuh, dan mungkin juga akan wafat di Indonesia.

Mereka berjuang dan bergabung dengan HTI justru karena didorong rasa cinta yang mendalam agar berbagai permasalahan yang menimpa Indonesia yang tidak ada ujung pangkalnya segera dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Aktivis HTI berjuang dengan penuh semangat agar semua penjajahan, baik ekonomi, politik, dan sosial budaya dari negara-negara asing dapat segera dihentikan. Semua aktivis HTI berharap dan berusaha agar masyarakat bersatu dan tidak dikotak-kotak oleh batasan-batasan imajiner seperti nasionalisme dan sukuisme. 

Semua aktivis HTI adalah orang-orang yan sangat cinta tanah airnya, Indonesia. Cinta tanah air ini menurut Islam adalah sesuatu yang fitri, dan sama sekali bukan hal yang bertentangan dengan Islam. Cinta tanah air merupakan perasaan cinta pada tempat atau daerah dimana ia dilahirkan, dibesarkan atau ia tinggal dalam waktu tertentu. Orang yang cinta pada tanah airnya akan merasakan bahagia dan nyaman saat tinggal di daerah tersebut. Saat ia berada di tempat yang jauh, ia akan merasa kangen dan ingin pulang ke daerah yang menjadi tanah airnya. Ia selalu berharap tanah airnya menjadi lebih baik pada masa-masa yang akan datang.

Semua manusia akan merasakan hal itu. Rasulullah sendiri sangat mencintai Makkah, sebagai tempat lahirnya beliau, atau dalam bahasa puitis: Makkah sebagai tumpah darah beliau. Saat beliau hijrah dari Makkah beliau bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang paling aku cintai. Seandainya bukan karena yang tinggal di sini mengusir, niscaya aku tak akan meninggalkan kamu". Para sahabat Nabi juga demikian, sangat mencintai tanah airnya, sampai-sampai Rasulullah memohon kepada Allah: "Ya Allah, cintakanlah kota Madinqh kepada kami, sebagaimana Engkau mencintakan kota Makkah kepada kami, bahkan lebih" (HR. Bukhari, Malik dan Ahmad).

Sementara nasionalisme, merupakan suatu paham (isme) yang dibangun diatas nation (bangsa). Bangsa sendiri adalah sekumpulan orang dengan asal-usul yang sama atau nenek moyang yang sama. Bagi pengikut paham nasionalisme, loyalitas tertingginya adalah untuk bangsanya. Ia hanya mau diatur dengan hukum-hukum yang digali dari nilai-nilai leluhurnya. Ia akan membela bangsanya, baik benar atau salah. Bahkan, ia siap mati demi bangsanya, tidak peduli benar atau salah. Menurut Islam adanya bangsa (nation) itu fitrah yang tak mungkin dihindari. Namun nasionalisme adalah paham atau isme yang dilarang Islam. Dalam Islam, loyalitas kita hanya kepada Allah, pencipta kita. Kita tak boleh membela yang salah, hanya karena dia satu bangsa dengan kita. Kita tak boleh perang atas dasar suku atau bangsa. Rasul bersabda: "Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak pada ashobiyah (fanatik atas dasar kelompok atau suku atau bangsa). Bukan termasuk golongan kami, orang yang berperang atas dasar ashobiyah. Dan tidak termasuk golongan kami, orang yang mati karena ashobiyah" (HR. Abu Daud).

Sebelum Islam, suku Aus dan Khazraj berperang ratusan tahun, hanya karena urusan perbedaan suku dan bangsa (nasionalisie). Kemudian Islam datang untuk menyatukan hati mereka. Manusia itu sama di hadapan Allah, meskipun suku dan bangsanya berbeda. Islam kemudian menyatukan suku Aus dan Khazraj, lalu menyatukan mereka dengan suku-suku lain di jazirah arab, lalu menyatukan dengan suku-suku dan bangsa-bangsa lain di dunia.

*****
Sama sekali tidak terbersit setitik pun bahwa pada aktivis HTI akan menghancurkan Indonesia. Sebab mereka adalah orang Indonesia, ayah ibunya orang Indonesia, saudaranya orang Indonesia, dan temannya orang Indonesia. Sungguh tidak masuk akal sehat, jika aktivis HTI ingin menghancurkan Indonesia. Sebaliknya, justru aktivis HTI ingin agar Indonesia lebih baik dan lebih baik lagi. Harapan HTI, Indonesia menjadi baldah thayyibah (negeri yang sejahtera) dan robbun ghofur (diridloi Allah).

Secara jujur jika masyarakat diklasifikasi berdasarkan thayyibah dan robbun ghafur, maka kita akan dapat empat tipe masyarakat

Pertama, masyarakat yang sejahtera dan diridloi Allah. Keadaan inilah yang pasti diharapkan oleh semua umat Islam, termasuk aktivis HTI. Visi kemasyarakatn harusnya menuju ke sini.

Kedua, tidak sejahtera tapi diriloi Allah. Kalau bisa, kita jangan seperti ini.

Ketiga, sejahtera namun tidak diridloi Allah. Semoga Indonesia tidak seperti ini.

Keempat, tidak sejahtera dan juga tidak diridloi Allah. Sungguh kita berlindung kepada Allah agar Indonesia tidak seperti ini.

Jika kita bertanya secara jujur: bagaimana dengan kondisi Indonesia dan negeri-negeri Islam yang lain? Secara pribadi, saya sangat berharap berada pada tipe pertama. Tapi, jika melihat realita yang ada, dengan sangat prihatin, saya katakan, “kita berada pada posisi ke empat”. Terus terang, kita sangat sedih berada pada kondisi ini, tapi memang begitulah kondisinya.

Lalu, bagaimana caranya agar kita menjadi masyarakat yang sejahtera dan diridloi Allah?

Untuk mencapai kesejahteraan, sebetulnya tidak sulit. Yang diperlukan hanya dua, yaitu SISTEM atau aturan yang secara rasional mengantarkan pada kesejahteraan; dan kedua sistem itu dilaksanakan oleh PEMIMPIN yang konsisten dengan sistem yang ada. Inilah yang dilakukan di Jepang, Singapura, dan lain-lain. Bagaimana agar petani sejahtera, sebenarnya gampang, buat sistem atau aturan agar petani dapat menghasilkan hasil yang optimal, lalu sediakan pasar yang baik. Sementara kesehatan, pendidikan keluarganya dan lain sebagainya memang diatur oleh negara untuk mencapai semua itu. Insya Allah mereka akan sejahtera. Untuk melaksanakan aturan yang ada, kemudian secara konsisten, dikawal dan dijaga oleh pemimpin yang visioner dan konsisten dengan visi itu. Dengan dua hal ini, insya Allah, masyarakat akan sejahtera. Jadi, kalau hanya untuk mencapai kesejahteraan, memang tidak perlu Khilafah dan syariah. Kesejahteraan, bisa terjadi di dalam sistem Khilafah dan bisa tidak menggunakan sistem Khilafah.

Kemudian, bagaimana caranya agar diridloi Allah? Maka dalam hal ini, tidak ada cara lain kecuali dengan ketaatan penuh kepada Allah SWT. Allah tidak akan ridlo, jika masyarakat menerapkan sistem hukum, selain sistem hukumnya Allah. Agar diridloi Allah, harus dengan penerapan syariah secara total dalam kehidupan masyarakat. Syariah Allah, tidak akan pernah dapat diterapkan secara kaffah, kecuali dalam sistem Khilafah Islamiyah. Jadi, sangat tidak masuk akal, kita ingin diridloi Allah, tapi dengan menerapkan aturan yang bukan dari Allah swt.

Karena kesadaran inilah, aktivis HTI berjuang dengan sungguh-sungguh agar Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa robbun ghafur. Karena itu jika ada yang menganggap HTI mau menghancurkan Indonesia, itu sesungguhnya merupakan khayalan penuduh.

*****
Berikutnya jika ada yang mengatakan bahwa HTI akan memecah belah Indonesia, itu jelas merupakan tuduhan keji. Justru sebaliknya, HTI ingin agar Indonesia tetap utuh bahkan lebih besar lagi, seperti pada sejarah masa lalu.

Saat Timor-Timur mau melepaskan diri, HTI justru sangat aktif berperan agar hal itu jangan sampai terjadi. HTI melakukan demonstrasi di mana-mana, melakukan audiensi ke mana-mana, membuat tulisan dan selebaran yang intinya bahwa referendum hanyalah makar negara-negara Barat untuk memecah belah Indonesia. HTI melakukan upaya dan ikhtiyar yang maksimal, tetapi pengambil keputusan tetap berada di tangan pemerintah pusat. Dan akhirnya seperti yang diprediksi HTI, referendum itu dipenuhi kecurangan dan akhirnya Timor-Timur lepas dari Indonesia.

Hal yang sama, HTI melakukan berbagai kampanye untuk menolak gerakan separatisme oleh Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM), untuk memecah belah Indonesia dan memisahkan provinsi Papua dan Papua Barat dari Indonesia. OPM telah melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan melakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. HTI mengingatkan semua pihak, terutama pemerintah agar melakukan berbagai upaya serius untuk menghentikan gerakan separatisme ini. Namun, keputusan semuanya ada di tangan pemerintah pusat. HTI hanya bisa berusaha dan ikhtiyar.

HTI sangat tidak berharap, Indonesia yang ditinggali mayoritas umat Islam ini terpecah belah dan terkoyak. Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa HTI ingin merusak dan memecah belah Indonesia, merupakan tindakan yang sangat keji.

Sedangkan tentang konflik di Afganistan, Irak, Suriah dan lain-lain tidak ada hubungannya dengan HTI atau HT. Konflik di Afganistan dan Irak murni karena serangan Amerika dan sekutunya ke sana untuk menguasai sumber daya alam di sana. Jika kita ingat, isu awalnya adalah karena negara ini dianggap melindungi teroris dan menyimpan Senjata Pemusnah Masal. Namun setelah negeri ini hancur berkeping-keping, senjata pemusnah massal yang dituduhkan itu tak kunjung diperoleh. Hingga saat ini negeri tersebut masih dalam keadaan konflik, perang dan nestapa lainnya. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan syariah Islam atau Khilafah, tetapi karena kerakusan Amerika dan sekutunya untuk menguasai negeri tersebut.

Konflik di Suriah juga sama. Tidak ada hubungannya dengan HTI atau HT dan syariah Islam. Konflik di sana terjadi karena penguasa di sana yang diktator membumi-hanguskan rakyatnya karena menuntut keadilan. Namun, alih-alih keadilan itu diwujudkan, justru rakyat yang melakukan demonstrasi damai justru dibombardir dengan sangat kejam di luar batas kemanusiaan. Saat ini, pemerintahan diktator Suriah dan dibantu sekutunya Rusia dan juga Amerika terus memuntahkan berbagai senjata mematikan di sana kepada anak-anak dan wanita.

Konflik di Palestina juga sama. Tidak ada hubungannya dengan HTI atau HT. Konflik di sana terjadi, karena penjarahan dan penindasan Israel yang berada di luar batas kemanusiaan kepada Bangsa Palestina. Di sana anak-anak kecil dan wanita dibunuhi oleh pasukan Israel dengan senjata lengkap. Sungguh kekejaman di sana tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Semua konflik dan kekacauan di sana sama sekali tidak ada hubungannya dengan syariah, Khilafah, HTI atau HT. Justru semua konflik yang dipicu oleh keserakahan Kapitalisme dengan mengorbanan warga masyarakat lemah yang tidak berdosa.

Menuduh HT dan HTI sebagai biang kerusuhan dan konflik di sana seperti menuduh bahwa “musim hujan telah menimbulkan kekeringan dimana-mana”. Tuduhan ini bukan hanya didasari oleh kebodohan, tetapi mungkin juga oleh kematian nurani. Sebab, semua konflik dan kekacauan di sana tidak ada hubungannya dengan syariah dan Khilafah, sebaliknya semua konflik itu terjadi justru karena ketiadaan Khilafah.

*****
HTI berjuang justru untuk kebaikan Indonesia dan dunia Islam. HTI sama sekali tidak pernah berharap kehancuran dan perpecahan Indonesia. HTI berikhtiyar dengan sungguh-sungguh agar Indonesia dan dunia Islam yang lain menjadi baldatun thayyibatun wa robbun ghafur, yaitu menerapkan syariah secara kaffah dalam bingkai Khilafah.

Wallahu a'lam.

#KamiBersamaHTI

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget