SELAMATKAN INDONESIA DARI KOMUNISME


Dr. Ahmad Sastra
(Peneliti Islam Politik dan Peradaban, Dosen Pascasarjana UIKA Bogor,
Ketua Divisi Riset dan Literasi Forum Doktor Islam Indonesia)

Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan pernah bisa dihindarkan dari benturan ideologi, baik kapitalisme, komunisme maupun Islam. Kontestasi ideologi bersifat abadi selama kehidupan ini masih ada. Karena itu umat Islam harus terus berdiri tegak menjaga dan memperjuangkan ideologi Islam dan terus melawan ideologi komunisme dan kapitalisme. Menyelamatkan Indonesia dan dunia dari kejahatan ideologi komunisme dan kapitalisme adalah bentuk jihad peradaban abad ini.

Komunisme adalah ideologi anti Tuhan yang melahirkan kepemimpinan diktator sadis tak berperikemanusiaan. Kaum ateis sesungguhnya telah diperbudak oleh nafsu setan yang selalu ingin balas dendam kepada orang-orang beragama, utamanya kaum muslim. Azas materialisme menjadikan ideologi komunisme menjadikan eksploitasi atas manusia sebagai sarapan paginya. Kepemimpinan diktator menjadikan pemimpin yang absolut seolah dirinya tuhan yang bisa berbuat semaunya. 

Joseph Vissarionovich Jugashvili, yang dikenal dengan nama Stalin, sebagai mentor kekejaman PKI pimpinan Musso adalah seorang ateis yang oleh teman sepenjaranya disebut sebagai manusia baja yang benar-benar memiliki prinsip yang teguh, licik dan kejam. Sejak ditinggal mati istri, Stalin berubah menjadi dingin, sarkastis, penuh curiga, dendam dan kejam.

Sekedar untuk mendapatkan dana dan senjata untuk kaum Bolsyewik, Stalin memimpin kelompok-kelompok gerilya melemparkan bom, menyerang polisi, merampok bank, kantor pos, dan gudang-gudang senjata. Dengan ringan dia mengatakan “ betapa indahnya menusukkan pisau ke tubuh Ttrosky (lawan politiknya), lantas pulang menggoyang-goyangkan kaki lantas tidur pulas”. 

Mengenang  sejarah kekejaman ideologi komunisme tentu memiliki manfaat untuk mengingatkan generasi sekarang untuk lebih berhati-hati dan waspada akan bangkitnya bahaya laten bagi bangsa ini. Namun demikian memahami kondisi ekonomi negeri ini yang telah melibatkan China yang berideologi komunis juga sebuah hal yang tidak kalah penting. Jika dahulu umat Islam  dizolimi melalui aksi pembunuhan dan penculikan, maka sekarang kezaliman itu melalui cara baru yang lebih halus, yakni melalui dominasi ekonomi, politik dan budaya. Dengan kata lain telah mengalami transformasi yang kini disebut dengan Komunis Gaya Baru.

Ideologi komunisme jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip  Islam. Komunisme tidak mengenal standar halal dan haram dalam menjalankan ekonomi dan bisnisnya. Yang terpenting adalah memberikan manfaat berupa keuntungan materi belaka. Sebab basis kedua sistem ini adalah materialisme. Kapitalisme yang berasal dari ideologi sekulerisme berusaha menjauhkan nilai-nilai agama, sedangkan komunisme sejak awal anti agama. Stalin pernah berucap, “ Sebenarnya Tuhan itu tidak ada “ (Jules Archer,  1986 : 28).

Konsep kebahagiaan kedua ideologi transnasional ini adalah tercapainya kebutuhan materi seseorang. Tesis ini sudah lama terbantahkan, sebab faktanya materi tidak berhubungan dengan kebahagiaan seseorang, melainkan hanya kesenangan sesaat. Di Barat sendiri pemahaman ini mulai usang dan mereka kini mengejar apa yang mereka sebut sebagai spiritualisme, karena materialisme tak terbukti membahagiakan.

Prinsip kapitalisme adalah liberalisme sumber daya alam dengan jalan imperialisme. Seluruh sumber daya alam boleh diprivatisasi oleh para kapitalis hingga menyebabkan kemiskinan rakyat kecil karena mengabaikan pemerataan, namun lebih mengedepankan pertumbuhan semu. Adapun prinsip komunisme adalah pemerataan dengan cara otoriterisme, semua sumber daya alam dikuasai oleh negara yang diwakili oleh seorang dictator. Dalam alam komunisme, rakyat juga dibuat sengsara dan penuh tekanan.

Satu hal yang tidak mungkin dipungkiri adalah bahwa setiap bangsa memiliki visi bagi kesejahteraan rakyatnya, meski kadang hanya sekedar retorika politik. Instrumen fundamental yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita kebangsaan suatu negara adalah nilai-nilai ideologis yang diyakini. Ideologi  negara adalah seperangkat paham dan keyakinan yang melahirkan sistem aturan  bagi kehidupan rakyatnya.

Negara-negara yang mengadopsi ideologi kapitalisme seperti Amerika dan Eropa juga memberikan janji kepada rakyatnya untuk bisa hidup sejahtera. Demikian pula ideologi komunisme yang telah mati, pun menjanjikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Apalagi ideologi Islam, sebuah ideologi yang datang dari Allah juga merupakan seperangkat sistem nilai yang bisa mengantarkan rakyatnya sejahtera lahir batin. Ketiga ideologi ini sama-sama merupakan sistem nilai yang diterapkan oleh sebuah negara, namun memiliki perbedaan yang mendasar.

Perbedaan yang fundamental antar ideologi negara akan memunculkan berbagai benturan ideologis yang tidak mungkin di satukan. Antara Islam dan komunisme tidak mungkin disatukan, kapitalisme dengan komunisme juga demikian, apalagi Islam dan kapitalisme. Sudah menjadi sunnatullah yang haq dan yang batil tidak bisa disatukan. Allah menegaskan larangan mencampur aduk kebenaran Islam dan kebatilan dalam surat Al Baqarah ayat 42, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”.

Ideologi kapitalisme memandang kesejahteraan sosial adalah dengan pandangan pragmatis. Bagi kapitalisme, kesejahteraan adalah tercapainya keinginan materi dan kesenangan yang bersifat duniawi semata. Sebab kapitalisme memiliki fundamental nilai yang berakar dari sekulerisme. Sekulerisme memandang agama tidak punya peran bagi urusan-urusan publik dan kenegaraan. Dalam pandangan sekulerisme, agama hanya dianggap sebagai urusan private setiap individu.

Dengan ideologi kapitalisme yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi oleh segelintir pemilik modal telah mengakibatkan jurang kesenjangan ekonomi yang semakin menganga. Kemiskinan dan kesengsaraan yang dijanjikan kapitalisme justru berujung kepada kesengsaraan rakyat banyak. Sebab rakyat banyak hanyalah dianggap sebagai budak-budak kaum kapitalis demi menambah kekayaan mereka. Tidak mengherankan jika negara-negara kapitalisme justru sering terjadi krisis ekonomi.

Sebaliknya, sistem komunisme seolah berpihak kepada rakyat miskin dan menentang kaum kapitalis atau borjuis. Namun disisi lain, istilah kesejahteraan dimaknai oleh komunisme sebagai tercapinya materi semata. Bahkan ideologi ini mengabaikan sama sekali peran Tuhan dengan tidak mempercayai adanya Tuhan. Nilai keyakinan komunisme inilah yang telah melahirkan pemerintahan diktator, karena pemimpinnya menganggap dirinya sebagai tuhan. Akibatnya, bukan kesejahteraan yang didapatkan rakyat, melainkan kenestapaan dan kesengsaraan lahir batin. 

Berbeda dengan prinsip Islam yang mengedepankan konsep keberkahan dan pemberdayaan dalam sistem ekonominya. Dengan prinsip halal dan haram, distribusi zakat, membedakan kekayaan milik umum, pribadi dan negara, mengutamakan distribusi dibanding produksi, serta dikelola oleh pelaku ekonomi yang jujur, amanah dan professional menjadikan sistem ekonomi Islam lebih adil, mensejahterakan dan menumbuhkan keberkahan dari Allah.

Karena itu umat muslim adalah  para pejuang ideologi Islam, bukan komunisme atau kapitalisme. Ideologi Islam adalah ideologi terbaik dari Allah pencipta alam semesta. Sementara kapitalisme dan komunisme adalah ideologi setan yang harus disingkirkan dari muka bumi. Mari selamatkan Indonesia dan dunia dari ideologi komunisme dan kapitalisme. Perjuangan menegakkan ideologi Islam adalah perjuangan terberat abad ini. Hanya para pejuang tangguh yang berani dan istiqomah memperjuangkan ideologi Islam. Semoga pejuang itu adalah kita. [Kota Hujan, 20/09/17]

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget