Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Setelah menghilang beberapa hari pasca pengumuman Kiai Ma'ruf Amin sebagai calon Wakil Presiden Jokowi, akhirnya tadi malam Mahfudz MD berani memunculkan diri. Saya menyadari, sakit memang, sudah digadang-gadang menjadi calon Wapres Jokowi, terlebih sudah banyak berjuang memoles citra penguasa, ternyata akhirnya dicampakkan begitu saja marwahnya. Begitulah nasib Pak Mahfudz.
Selama ini saya menahan diri untuk tidak menulis tentang beliau. Tak elok rasanya 'ngrasani' orang yang sedang dalam suasana "berkabung penuh duka." Tetapi, setelah tadi malam Mahfudz MD menyampaikan testimoninya, saya kira masa berkabung itu sudah selesai, dan kini saya mulai berani untuk menulis tentang beliau.
Curahan hati Mahfudz MD di acara ILC Tv One tadi malam seharusnya membuka mata hati semua orang yang taqlid buta dengan junjungannya. Bayangkan, seorang Mahfudz MD yang jelas-jelas aktif di dalam kaderisasi kepengurusan NU tidak dianggap sebagai kader NU oleh Said Aqil Siradj (Ketum PBNU). Ibarat kemarau satu tahun yang diguyur hujan hanya dalam waktu satu hari, semua jasanya dinafikan begitu saja.
Seseorang dianggap NU atau bukan, ternyata langkah politiknya itulah yang menentukan. Jangan heran apabila orang-orang HTI, FPI maupun PKS juga tidak diakui sebagai nahdliyyin, walaupun mereka turut serta melestarikan amaliyah-amaliyah NU. Wong Mahfudz MD yang kader nahdliyyin tulen saja tidak diakui sebagai kader NU.
Semuanya subjektif, politis, tidak argumentatif. Setya Novanto, Ahok dan Luhut Binsar Panjaitan yang tidak pernah ikut kaderisasi dasar NU saja ia sebut sebagai kader NU, kok Mahfudz MD tidak diakui sebagai kader NU. Padahal beliau juga pro demokrasi dan pro Jokowi.
Jelas sekali, ini politis. Sangat berani, demi meraih kekuasaan dunia, seorang tokoh berani terang-terangan memfitnah orang lain yang sama NU'nya, sama-sama pro demokrasinya, sama-sama pro Jokowinya, sama-sama anti Syariah dan Khilafah'nya. Tidak takutkah ia dengan hari pembalasan? Kasihan Mbah Hasyim, NU yang didirikan beliau kini sudah jauh meninggalkan khittah'nya.
Jika dengan yang sama-sama tahlilnya, sama pro demokrasinya, sama pro Jokowinya, sama anti Syariah dan Khilafah'nya saja, demi kekuasaan, ia berani memfitnah dan menutup-nutupi fakta, apalagi dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka, yang jelas-jelas anti demokrasi dan anti Jokowi. Pantas saja ia tega memfitnah dan mempersekusi kelompok yang berbeda, dengan mengatasnamakan Pancasila dan NKRI harga mati.
Astaghfirullaahal 'aadziim..
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnTheKhilafah
Pekalongan, 15 Agustus 2018
Setelah menghilang beberapa hari pasca pengumuman Kiai Ma'ruf Amin sebagai calon Wakil Presiden Jokowi, akhirnya tadi malam Mahfudz MD berani memunculkan diri. Saya menyadari, sakit memang, sudah digadang-gadang menjadi calon Wapres Jokowi, terlebih sudah banyak berjuang memoles citra penguasa, ternyata akhirnya dicampakkan begitu saja marwahnya. Begitulah nasib Pak Mahfudz.
Selama ini saya menahan diri untuk tidak menulis tentang beliau. Tak elok rasanya 'ngrasani' orang yang sedang dalam suasana "berkabung penuh duka." Tetapi, setelah tadi malam Mahfudz MD menyampaikan testimoninya, saya kira masa berkabung itu sudah selesai, dan kini saya mulai berani untuk menulis tentang beliau.
Curahan hati Mahfudz MD di acara ILC Tv One tadi malam seharusnya membuka mata hati semua orang yang taqlid buta dengan junjungannya. Bayangkan, seorang Mahfudz MD yang jelas-jelas aktif di dalam kaderisasi kepengurusan NU tidak dianggap sebagai kader NU oleh Said Aqil Siradj (Ketum PBNU). Ibarat kemarau satu tahun yang diguyur hujan hanya dalam waktu satu hari, semua jasanya dinafikan begitu saja.
Seseorang dianggap NU atau bukan, ternyata langkah politiknya itulah yang menentukan. Jangan heran apabila orang-orang HTI, FPI maupun PKS juga tidak diakui sebagai nahdliyyin, walaupun mereka turut serta melestarikan amaliyah-amaliyah NU. Wong Mahfudz MD yang kader nahdliyyin tulen saja tidak diakui sebagai kader NU.
Semuanya subjektif, politis, tidak argumentatif. Setya Novanto, Ahok dan Luhut Binsar Panjaitan yang tidak pernah ikut kaderisasi dasar NU saja ia sebut sebagai kader NU, kok Mahfudz MD tidak diakui sebagai kader NU. Padahal beliau juga pro demokrasi dan pro Jokowi.
Jelas sekali, ini politis. Sangat berani, demi meraih kekuasaan dunia, seorang tokoh berani terang-terangan memfitnah orang lain yang sama NU'nya, sama-sama pro demokrasinya, sama-sama pro Jokowinya, sama-sama anti Syariah dan Khilafah'nya. Tidak takutkah ia dengan hari pembalasan? Kasihan Mbah Hasyim, NU yang didirikan beliau kini sudah jauh meninggalkan khittah'nya.
Jika dengan yang sama-sama tahlilnya, sama pro demokrasinya, sama pro Jokowinya, sama anti Syariah dan Khilafah'nya saja, demi kekuasaan, ia berani memfitnah dan menutup-nutupi fakta, apalagi dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka, yang jelas-jelas anti demokrasi dan anti Jokowi. Pantas saja ia tega memfitnah dan mempersekusi kelompok yang berbeda, dengan mengatasnamakan Pancasila dan NKRI harga mati.
Astaghfirullaahal 'aadziim..
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnTheKhilafah
Pekalongan, 15 Agustus 2018
Posting Komentar