: Nasrudin Joha
Akhirnya amarah itu tak bisa terpendam, kedinginan yang mencekam di jeruji tahanan, meniupkan senandung syair tiji tibeh. Makan nangka bersama, getah kita lengketkan bersama.
Tak mungkin menanggung semua akibat, padahal diri hanya salah satu sebab. Sebab utama, wajib bertanggungjawab, bersama-sama, tanggung renteng. Apalagi, ruang tahanan KPK masih muat, untuk menampung beberapa kolega se partainya.
Itulah, dugaan kuat suara batin Bowo Golkar. Bowo, tak bisa menghindar bahwa Nusron yang meminta dirinya menyiapkan 400.000 amplop untuk serangan fajar.
Tidak hanya menarik Nusron, kolega separtai yang saat ini menjadi ketua Bapilu Golkar di Jateng menggantikan dirinya, Bowo juga menarik pasangan Capres 01. Ya, Bowo menegaskan ini terkait partainya yang juga mengusung pasangan capres 01. Lantas, apakah ada hubungan kasus Bowo Golkar dengan capres 01 ?
Sebelumnya Publik sempat bertanya, apa isi amplop sebanyak 400.000. Jika hanya berisi duit, tentu aneh karena uang ini jelas ada pamrih politik. Jika didalamnya ada foto Bowo, masuk akal karena dia nyaleg di Jateng. Jika di amplop itu juga ada 'jempol 01' juga rasional, karena Bowo ketua pemenangan Jokowi - Ma'ruf di Jawa tengah.
Namun, apakah semua pertanyaan di kepala publik terjawab dalam waktu dekat ? Setidaknya sebelum Pilpres 17 April 2019 ? Semua baru akan terjawab di persidangan.
Namun, mustahil KPK dalam waktu dekat melimpahkan berkas ke pengadilan. KPK masih memiliki waktu 20 hari plus 40 hari sebagai penyidik, untuk menahan Bowo di tahanan KPK.
Waktu itu, cukup untuk 'kompromi' jika ada tekanan partai, minta proses hukum menunggu selesai proses politik 17 April 2019. Jika proses hukum ini lebih cepat sebelum Pilpres dan pemilu ? Bisa rontok dahsyat suara Golkar, suara Jokowi juga tentunyahhh.
Namun, apakah vonis politik menunggu keputusan hukum ? Apalagi menunggu inkraht ? Jawabnya tidak. Sejak Bowo ditangkap, publik telah menjatuhkan 'vonis politik' terhadap Bowo Golkar.
Namun, sejak nyanyian Bowo di KPK, ihwal diperintah Nusron Golkar dan eksistensi partai Golkar pengusung pasangan 01, vonis itu melebar. Amar putusan politik yang dijatuhkan publik, bisa berefek tanggung renteng. Menarik Nusron, Golkar, bahkan hingga pasangan capres 01.
Alamak pening kali kubu 01, belum kelar urusan Rommy 'ganteng', Nahrawi yang diujung tanduk, kasus massa brutal menghajar anggota TNI dan bawaslu, nyanyian Bowo ini makin merontokkan elektabilitas petahana.
Nusron oh Nusron, sahabatmu Bowo menunjukan sikap setianya. Dia, menyisipkan saru not untukmu, agar rangkaian lagu korupsi ini terdengar merdu. Sayangnya, saat reff lagu Bowo bisa menyasar ke Golkar dan pasangan Jokowi - Ma'ruf.
Oh, sejak dahulu kala begitulah politik. Deritanya berujung di KPK. Lantas, benarkan kubu 02 berkumpul di GBK sedangkan kubu 01 berkumpul di KPK ? [].
Akhirnya amarah itu tak bisa terpendam, kedinginan yang mencekam di jeruji tahanan, meniupkan senandung syair tiji tibeh. Makan nangka bersama, getah kita lengketkan bersama.
Tak mungkin menanggung semua akibat, padahal diri hanya salah satu sebab. Sebab utama, wajib bertanggungjawab, bersama-sama, tanggung renteng. Apalagi, ruang tahanan KPK masih muat, untuk menampung beberapa kolega se partainya.
Itulah, dugaan kuat suara batin Bowo Golkar. Bowo, tak bisa menghindar bahwa Nusron yang meminta dirinya menyiapkan 400.000 amplop untuk serangan fajar.
Tidak hanya menarik Nusron, kolega separtai yang saat ini menjadi ketua Bapilu Golkar di Jateng menggantikan dirinya, Bowo juga menarik pasangan Capres 01. Ya, Bowo menegaskan ini terkait partainya yang juga mengusung pasangan capres 01. Lantas, apakah ada hubungan kasus Bowo Golkar dengan capres 01 ?
Sebelumnya Publik sempat bertanya, apa isi amplop sebanyak 400.000. Jika hanya berisi duit, tentu aneh karena uang ini jelas ada pamrih politik. Jika didalamnya ada foto Bowo, masuk akal karena dia nyaleg di Jateng. Jika di amplop itu juga ada 'jempol 01' juga rasional, karena Bowo ketua pemenangan Jokowi - Ma'ruf di Jawa tengah.
Namun, apakah semua pertanyaan di kepala publik terjawab dalam waktu dekat ? Setidaknya sebelum Pilpres 17 April 2019 ? Semua baru akan terjawab di persidangan.
Namun, mustahil KPK dalam waktu dekat melimpahkan berkas ke pengadilan. KPK masih memiliki waktu 20 hari plus 40 hari sebagai penyidik, untuk menahan Bowo di tahanan KPK.
Waktu itu, cukup untuk 'kompromi' jika ada tekanan partai, minta proses hukum menunggu selesai proses politik 17 April 2019. Jika proses hukum ini lebih cepat sebelum Pilpres dan pemilu ? Bisa rontok dahsyat suara Golkar, suara Jokowi juga tentunyahhh.
Namun, apakah vonis politik menunggu keputusan hukum ? Apalagi menunggu inkraht ? Jawabnya tidak. Sejak Bowo ditangkap, publik telah menjatuhkan 'vonis politik' terhadap Bowo Golkar.
Namun, sejak nyanyian Bowo di KPK, ihwal diperintah Nusron Golkar dan eksistensi partai Golkar pengusung pasangan 01, vonis itu melebar. Amar putusan politik yang dijatuhkan publik, bisa berefek tanggung renteng. Menarik Nusron, Golkar, bahkan hingga pasangan capres 01.
Alamak pening kali kubu 01, belum kelar urusan Rommy 'ganteng', Nahrawi yang diujung tanduk, kasus massa brutal menghajar anggota TNI dan bawaslu, nyanyian Bowo ini makin merontokkan elektabilitas petahana.
Nusron oh Nusron, sahabatmu Bowo menunjukan sikap setianya. Dia, menyisipkan saru not untukmu, agar rangkaian lagu korupsi ini terdengar merdu. Sayangnya, saat reff lagu Bowo bisa menyasar ke Golkar dan pasangan Jokowi - Ma'ruf.
Oh, sejak dahulu kala begitulah politik. Deritanya berujung di KPK. Lantas, benarkan kubu 02 berkumpul di GBK sedangkan kubu 01 berkumpul di KPK ? [].
Posting Komentar