IBUKOTA BARU NKRI TERANCAM DIKEPUNG BANSERP


Oleh : Nasrudin Joha

Beredar isu rencana serangan umum BANSERP -yang sebelumnya batal dilakukan untuk membebaskan Papua- akan dialihkan ke calon ibukota baru di Kaltim. Tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Usut punya usut, rencana ini bermula dari ditemukannya foto para pengibar bendera tauhid di gerbang utama kabupaten Penajam Paser Utara yang viral di sosial media. Padahal, sejak peristiwa Garut hingga hari ini, BANSERP belum bisa move on.

Mereka, masih berhalusinasi bahwa bendera tauhid, bendera Al Liwa dan Ar Roya, Bendera Rasulullah SAW yang merupakan bendera umat Islam, masih diyakini sebagai bendera HTI. BANSERP sangat menyayangkan, kenapa rencana pemindahan ibukota tidak memastikan kota tujuan steril dari paparan radikalisme.

Terang saja, kabar pengepungan ibukota baru ini menggembirakan segenap anggota dan simpatisan BANSERP. Mereka, yang semula berprofesi sebagai tukang becak, tukang parkir, kuli bangunan, buruh tani, begitu bersemangat mendengar kabar ini karena mereka mendapat momentum mengenakan 'seragam loreng' kebanggaan BANSERP.

Apalagi, setelah pembatalan serangan umum pembebasan Papua, Ghiroh BANSERP begitu membuncah. Mereka, tak sabar ingin membuktikan mereka paling NKRI, paling Pancasila dan paling aswaja.

Mereka sangat kangen meneriakan Yel yel 'JUMBERAREKA ARENAMA JENG JENG'. Lanjut ke : mereketehe, mereketehe, mereketehe. Anda, pasti ikut termehek-mehek mendengarnya.

BANSERP ini, ingin segera mengepung daerah ibukota baru, dan membebaskannya dari kekuasan kaum radikalis. Mereka menunggu-nunggu, payung hukum dari Gus Muntah dan tentu saja menunggu arahan 'anggaran' dari Gus Yaqult.

Diantara mereka, saling berdiskusi sebelum serangan umum dimulai :

BANSERP perwira : "persiapan apa yang sudah kau lakukan untuk rencana pembebasan ibukota baru dari cengkeraman kaum radikalis ?".

BANSERP madya : "saya sudah latihan dangdutan tujuh hari tujuh malam".

BANSERP pemula : "saya sudah jagain gereja 1 kali 24 jam".

BANSERP perwira : "bodoh, itu belum Cukup. Kalian harus bisa melakukan pembubaran pengajian seperti saya, baru bisa ikut menjalankan tugas membebaskan ibukota baru".

Hari demi hari berganti, payung hukum  pun segera dikibarkan. Namun, disaat yang menentukan ternyata Imam Besar BANSERP Gus Yaqult, kembali membatalkan serangan umum untuk membebaskan ibukota. Sebabnya cuma satu, anggaran dari Pemerintah belum turun.

Akhirnya, anggota BANSERP yang telah berseragam loreng nan gagah itu kembali pada ritual kesehariannya. Mereka, kembali menekuni profesi asal untuk menghidupi anak istri. Kembali menjadi tukang becak, tukang parkir, kuli bangunan dan buruh tani. [].

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget