MAHFUD MD, ANGGOTA BPIP PALING GIGIH DAN BERKERINGAT MEMBELA PANCASILA


Sebagai anggota Badan Pengarah Ideologi Pancasila (BPIP), menurut saya Mahfud MD yang paling berkeringat bekerja. Dengan gaji yang relatif sama, sebagai anggota BPIP Mahfud yang paling capek harus berkomentar atas banyak hal dan banyak persoalan. Dari ibu-ibu yang demo di Car Free Day sampai yang teranyar kasus Enzo Taruna Akmil.

Bahkan, di kasus Enzo, Mahfud menjadi bulan-bulanan netizen. Tantangan sayembara 10 juta perak untuk membuktikan dirinya tidak anti bendera tauhid, dibalas telak dengan tantangan dirinya berfoto membawa bendera tauhid.

Bahkan, ada yang menantang Mahfud untuk berjalan dari Bunderan HI menuju Monas dengan membawa Bendera Tauhid, sebagai bukti dirinya tidak anti bendera tauhid. Kocek hingga ratusan juta disiapkan untuk Mahfud. 

Lebih parah lagi, Asyari Usman sampai membuat artikel sarkas, yang mengilustrasikan Mahfud sebagai KSAD yang memecat Tarunan Akmil bernama Enzo Zenz Allie. Sesudah hasyrat itu terlampiaskan, konon Jendral Mahfud MD kembali meletakan jabatannya sebagai KSAD.

Mahfud MD sering menjadi objek bulian, karena statementnya yang ngawur. Tak mencerminkan seorang tokoh BPIP, profesor, apalagi mantan hakim MK.

Pada kasus Enzo misalnya, renyah saja Mahfud mengumbar aksara TNI kecolongan, hanya karena Enzo pernah berfoto pose membawa bendera tauhid. Padahal, seleksi taruna Akmil sangat ketat.

Netizen banyak yang membuly Mahfud, ihwal dirinyalah yang kecolongan saat sudah ngukur baju di istana namun batal menjadi cawapres Jokowi. Itu dibalaskan netizen untuk membungkam statement konyol Mahfud soal 'TNI kecolongan'.

Banyak statement Mahfud ini dianggap sebagai statement seorang begawan BPIP untuk menjaga ideologi Pancasila. Mahfud, sedang membuat tafsiran Pancasila agar segenap elemen anak bangsa ini menjadi insan Pancasilais. 

Konon, semua statement Mahfud itu dilakukan dalam rangka mempertanggungjawabkan gajinya di BPIP yang jumlahnya hingga ratusan juta rupiah. Mahfud merasa malu, merasa rendah diri jika menerima gaji buta. Jadi, statement 'TNI kecolongan' itu adalah bagian dari kerja Mahfud sebagai anggota BPIP. 

Mahfud tak mau mengambil peran seperti sejawatnya di BPIP yang hanya diam, bungkam, namun tiap bulan menerima gaji. Mahfud, termasuk orang yang 'punya harga diri' tak mau makan gaji buta.

Coba lihat, apa kerjaan Megawati di BPIP ? Padahal, gaji Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah BPI sebesar Rp112.548.000 per bulan.

Anggota Dewan Pengarah BPIP yang bergaji Rp100.811.000 per bulan, juga mengambil opsi diam. Tidak secerewet dan segigih Mahfud dalam membina dan mengarahkan Pancasila. Sampai urusan bendera tauhid saja main tuding TNI kecolongan.

Try Sutrisno (Mantan Wakil Presiden), Said Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU), Ma'ruf Amin (Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia), Sudhamek (Ketua Dewan Pengawas Majelis Buddhayana Indonesia), Andreas Anangguru Yewangoe (Pendeta, dosen dan teolog Kristen Protestan), Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Tokoh Bali dan juga tokoh Hindu), mereka semua ini rata-rata bergaji Rp100.811.000 per bulan. Mereka cuma duduk manis terima gaji tiap bulan.

Sementara, Kepala BPIP mendapatkan hak keuangan Rp76.500.000, Wakil Kepala BPIP Rp63.750.000, Deputi BPIP Rp51.000.000, Staf Khusus Rp36.500.000. 

Mereka semua gajinya pasti, tapi kerjaannya yang Ga jelas. Entah, apa yang mereka kerjakan hingga mereka punya hak gaji ratusan juta rupiah. Padahal, jutaan penduduk negeri ini mau dapat gaji UMR saja musti kerja kepayahan.

Mahfud MD termasuk anggota BPIP yang paling gigih, bekerja mempertanggungjawabkan gajinya. Namun sayang, kerjaannya Ga jelas, padahal gajinya jelas besar. Mahfud, justru sering mengeluarkan statement yang memecah belah anak bangsa, statement yang bertentangan dengan sila Persatuan Indonesia. [].
By : Nasrudin Joha 

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget