Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Tuduhan yang tak bertuan terhadap HTI hingga kini tak ada kunjung henti. Khususnya dalam hal ini adalah tuduhan bahwa HTI antek Amerika, Inggris dan yang lainnya. Tuduhan tak bersumber itu kini sudah menyebar kemana-mana. Memang begitulah naluri netizen, seringkali ia gampang latah ikut-ikutan menyebarkan informasi yang tidak jelas dasar rujukannya.
Parahnya lagi ketika informasi itu jatuh dihadapan haters, yang mayoritas mengaku NU, maka ia akan sangat puas turut memviralkannya. Jelas, agar netizen yang lain pun membenci Hizbut Tahrir Indonesia. Padahal, akan sangat berat pertanggung jawaban seseorang di hadapan Allah swt., manakala ia menuduh saudaranya dengan tanpa kejelasan sumber informasinya.
Lagipula, seandainya berita itu pun benar, bahwa HTI menerima dana dari Amerika dan sekutunya, (sekali lagi) ini seandainya, lalu apa salahnya?
Wong NU juga nerima dana dari Amerika toh? bahkan dananya itu tak terhingga untuk sepanjang masa, selama NU masih ada. Ini link beritanya:
republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/09/lssvdy-ehm-bank-dunia-dukung-total-kegiatan-nu. Benarkah ini? Apa media sekelas Republika berani bikin berita bohong?
Konon dana itu di antaranya untuk program kampanye demokrasi, yang otomatis akan menghantam ide Syariah dan Khilafah. Silahkan buka sendiri beritanya! Agar antum sekalian tidak menganggap saya sebagai orang yang asal bicara.
Jelas ini membutuhkan pertanyaan serius, jika HTI (dituduh) menerima dana dari asing kemudian mereka dianggap sebagai agen Amerika dan Inggris, bahkan dituduh teroris, lalu dana asing yang masuk ke PBNU itu namanya dana apa?
Jika karena dana asing HTI disebut kelompok radikal, lalu NU yang menerima dana dari asing itu layak disebut apa? Saya jadi bingung, jadi yang sebenarnya boneka Amerika itu siapa, yang memperjuangkan Khilafah atau yang memperjuangkan demokrasi?
#Alumni212
#ReturnTheKhilafah
Cirebon, 17 Agustus 2019
Posting Komentar