AKANKAH 'REZIM ESEMKA' BERAKHIR TRAGIS DILUMAT 'PEJUANG STM' ?


Oleh : Nasrudin Joha 

Kezaliman rezim Esemka telah mencapai puncaknya, seluruh urusan yang disentuh rezim tak ada satupun yang tersisa kecuali berakhir rusak binasa. Kegagalan menangani pembakaran hutan dan lahan, revisi UU KPK, TDL naik, BPJS naik, pajak kian mencekik, utang makin menggunung, PHK merajalela, kemiskinan kian parah, adalah sedikit dari deretan panjang kerusakan yang diproduksi rezim Esemka.

Kedustaan demi kedustaan terus diproduksi secara terstruktur, sistematis, massif dan brutal. Dari bohong soal mobil Esemka, mimpi pindah ibukota, tol laut, tol udara, buy back Indosat, rupiah 10.000, tidak akan ngutang, dan masih banyak lagi. Jika disusun berjejer, mungkin deret kedustaan ini lebih panjang jaraknya ketimbang jarak antara Sabang sampai Merauke.

Telah banyak masukan, saran, kritik, nasehat, demo dan unjuk rasa damai, yang pada pokoknya rakyat ingin berpartisipasi secara politik untuk mengingatkan rezim agar kembali ke jalan yang lurus. Semua unsur telah memberi andil, dari ulama, cendekiawan, emak militan hingga mahasiswa.

Namun, rezim Esemka ini kian membatu. Bukannya mendengar dan menindaklanjuti aspirasi rakyat, rezim justru menutup semua pintu kritik dengan berbuat tiran. Barikade alat kekuasaan rezim, yang seharusnya melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat justru menjadi centeng-centeng kekuasaan.

Centeng kekuasaan ini, terus mengarahkan moncong senjata, menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa rakyat yang berontak pada tirani dan penindasan. Seragam, senjata, bahkan hingga gaji yang dibiayai dari pajak rakyat digunakan untuk menindas rakyat.

Kabut hitam pekat kezaliman rezim makin menebal, menggulung dan menghitam, menggelapkan narasi masa depan bangsa. Perbedaan pandangan dalam mengelola kekuasan, disikapi secara represif dan menggunakan pendekatan kekuatan dan kekuasaan.

Saat barisan rakyat terhuyung, terjatuh dan justru menjadi pesakitan hukum di pengadilan pada peristiwa 21-22 Mei. Saat, barisan mahasiswa terdesak oleh kekejian aparat pada peristiwa 22-23 Oktober, saat aparat begitu lancang menodai kesucian masjid, tiba-tiba datanglah barisan 'pejuang STM'.

Para pejuang muda ini, mengambil alih kendali di garis depan perlawanan. Mereka, merengsek memecah barikade aparat dengan membusungkan dada-dada mereka. Mereka muntahkan agitasi keberanian yang tiada tara, menantang secara terbuka rezim Esemka.

Keberanian barisan STM ini, memantik perlawanan seluruh rakyat. Di penjuru tanah air, muncul aksi-aksi perlawanan serupa. Seluruh elemen masyarakat, bergerak mendakwa rezim zalim atas seluruh kezaliman yang diproduksinya.

Pejuang STM ini, terus memukul ulu hati rezim, membangkitkan kemarahan dan keberanian, sehingga seluruh elemen rakyat berebut mendekati rezim Esemka, mencekik dan memukulinya secara acak dari seluruh penjuru.

Akankah, akhir dari rezim Esemka ini akan berakhir tragis ditikam serangan pejuang STM ? Akankah, rezim Esemka ini segera tewas, dilumat pejuang STM ? Kita lihat saja episode pertarungan selanjutnya. Hidup Pejuang STM ! [].

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget