MAKNA TERSIRAT KETIKA JOKOWI TIDAK MEMBERI JATAH MENTERI UNTUK NU


Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani

Sungguh perih hati para pendukung Jokowi dari kalangan NU saat ini, pasalnya, setelah mereka bersusah payah, peras keringat, banting tulang, putar otak untuk memenangkan Jokowi pada Pemilu kemarin, ternyata mereka tidak mendapat jatah menteri satupun dari orang yang selama ini sudah didukungnya mati-matian. Ini sangat menyakitkan.

Jika saja mereka tidak pernah meminta jatah itu, wajar saja jika Jokowi tidak memberinya. Tapi ini masalahnya mereka sudah berulangkali meminta kepada Jokowi agar mereka mendapat jatah menteri, bahkan cukup banyak permintaannya. Pimpinan Gp Ansor sendiri dengan terang-terangan menyampaikan hal itu.

Bahkan beberapa kiai mereka mengancam Jokowi, bahwa cepat atau lambat ia akan 'kuwalat' jika NU tidak segera diberi jatah menteri. Sebagian yang lain juga pernah mengungkapkan, bahwa dukungan mereka terhadap Jokowi bukanlah sesuatu yang gratis.

Dahulu saya sebenarnya pernah menulis tentang hal ini. Terkait ketulusan NU dalam mendukung Jokowi yang sangat diragukan. Mereka mendukungnya bukan karena dia memang berprestasi, tetapi karena dia diharapkan bisa memberi jatah menteri lebih banyak lagi. Dan kini semua itu benar terjadi.

Padahal, jika mereka benar-benar tulus mendukungnya dikarenakan ia memang pemimpin yang berprestasi, seharusnya mereka tetap segan dan menaruh hormat dengan keputusannya ketika menetapkan Nama-nama menteri, dan mereka sendiri tidak kebagian jatahnya. Bukan malah emosi, apalagi mengancam 'kuwalat'.

Lalu apa sebenarnya yang menjadikan Jokowi begitu tega kepada NU, hingga ia terlihat tidak takut dengan ancaman 'kuwalat dari' mereka?

Besar kemungkinan, Jokowi sudah tau bahwa sebenarnya bukan NU yang memenangkannya, akan tetapi para aparatlah yang memenangkannya. Entah bagaimana caranya, mereka bekerja sekuat tenaga agar memenangkan Jokowi. Hasilnya, para aparatlah yang mendapat pos-pos penting dalam Kementerian. Bukan tokoh-tokoh NU yang sudah berkali-kali meminta.

Wajar saja jika Jokowi saat ini terlihat tidak khawatir ditinggalkan NU, sebab tanpa mereka pun ia merasa bisa memenangkan pertarungan. Jokowi pun tidak takut dengan ancaman 'kuwalat' dari mereka, karena ia sudah tau jika do'a-do'a mereka saat ini sudah tidak lagi bertuah.

Sudah terlalu sering mereka mengatur Jokowi, hingga tiba saatnya ia tau bahwa mereka bukan siapa-siapa, ia pun jengah dan kemudian pergi meninggalkannya.

#DemokrasiBiangKerusakan
#IslamSolusiKehidupan
_________
Jakarta, 26 Oktober 2019

Posting Komentar

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget