Luar biasa ormas PROJO ini, ngambek nya punya tuah, sekali ngambek langsung dapat Wamen. Bagaimana Kalo ngambeknya berulang kali ? Bisa dapat banyak tuh ?
Sebagaimana diketahui, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Kepresidenan, Jakarta. Budi bakal ditunjuk sebagai wakil menteri Kabinet Indonesia Maju.
Pemanggilan ini memiliki pengaruh signifikan. Organisasi relawan Pro Jokowi (Projo) menjadi batal bubar. Padahal, Projo sebelumnya sempat dinyatakan bubar oleh Budi pada Rabu, 23 Oktober 2019. Menurutnya, Projo tak lagi dibutuhkan Jokowi.
Beda PROJO beda Bani Majengjeng yang konon telah berdarah-darah menjaga NKRI, memerangi radikalisme bahkan berkorban menjadi 'Common Enemy' umat Islam karena banyak membubarkan pengajian para ustadz. Meski mengancam tak akan lagi terlibat pada isu radikalisme, tapi ancaman itu tak membuat Jokowi bergeming.
Pada hari pemanggilan calon wamen, tak ada satupun kader dari Bani Majengjeng, Bani Kabon, yang dipanggil istana. Mungkin, seluruh kader Bani Majengjeng setanah air, hanya bisa menelan ludah melihat ketua PROJO dipanggil menjadi wamen.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, rasanya pepatah lama ini tepat untuk menggambarkan kondisi yang dialami PROJO dan Bani Majengjeng. PROJO hanya bermodal main opini, main sosmed, dapat jatah kursi wamen.
Sementara Bani Majengjeng yang sudah apel akbar, memimpin perang melawan radikalisme, menggerakan seluruh organ dan kader untuk memenangkan Jokowi tak kebagian kursi. Jangankan kursi menteri, kursi wamen pun tak dapat.
Seharusnya, manuver Majengjeng adalah dengan membubarkan ormas Majengjeng. Mungkin dengan begitu, Jokowi akan memanggil pimpinan Majengjeng dan diangkat menjadi wamen sebagaimana PROJO.
Penghinaan yang kasat mata ini, tentu membuat seluruh Bani Majengjeng bergolak darahnya. Setelah kapling menteri tidak dapat, jatah Menag direbut purnawirawan TNI, tidak dapat jatah wamen, justru didepan muka Majengjeng Jokowi memanggil ketua PROJO sebagai wamen.
Padahal, ormas Majengjeng sangat berharap kalaupun tidak dapat menteri dapat jatah wamen pun jadilah. Sekedar untuk 'Tombo Ati' dan bahan orasi kebanggaan dihadapan kader.
Mau bagaimana lagi ? Nasi sudah menjadi bubur. Setelah pengumuman wamen, tak ada lagi pengumuman dari Jokowi yang ditunggu. Bagi-bagi kue kekuasan sudah selesai.
Terpaksa, Bani Majengjeng hanya bisa mengoptimalkan proyek nasi bungkus sisa kaplingan partai. Itupun, jika konteks kekuasan masih membutuhkan. Jika tidak, boleh jadi proyek nasi bungkus pada periode ini tak sederas pada periode sebelumnya. [].
Penulis : Nasrudin Joha
Posting Komentar