Oleh : Nasrudin Joha
Apakah judul artikel ini aneh ? Menggelikan ? Tidak nyambung ? Melawan nalar dan logika ? Anda pasti berfikir itu, tapi mungkin tidak juga karena soal sebab akibat itu hanya butuh otoritas saja. Apalagi setelah membaca rincian argurmentasi dalam artikel ini.
Jika urusan itu dikembalikan kepada yang punya wewenang, apa saja pernyataannya dianggap sah dan tak boleh dikritik. Meskipun, bertentangan dengan akal, kontradiksi dengan nalar, bahkan tak sejalan dengan pernyataan otoritas lainnya.
Misalnya, pada kasus bom Medan polisi menyebut pelaku bertindak sendiri. Sementara, Menkopolhukam menyebut ada pelaku lain yang kabur dan masih dalam pengejaran. Dua pernyataan otoritas negara ini saja berseberangan.
Kemudian, Mahfud MD selaku Menkopolhukam menyebut polisi telah menangkap pelaku lain yang terkait dengan peristiwa bom Medan. Luar biasa bukan ? Anda merasa tidak logis ? Tidak boleh ! Anda harus percaya, karena pernyataan kontradiksi ini dikeluarkan oleh ororitas negara. Kalau rakyat ? Pasti sudah diciduk karena dianggap menebar hoax dan diancam pidana 10 tahun penjara.
Jadi logika kita benar-benar menjadi tumpul. Awalnya bom disebut bom bunuh diri tanpa jelas asal usul terminologi bunuh diri ini. Tidak ada pengakuan tidak ada pula kesaksian, karena pelaku sendiri yang meletakan bom dan tewas.
Kemudian, muncul narasi ada yang kabur. Polisi sempat membantah, tapi kemudian disebut ada yang ditangkap 8 orang terkait peledakan. Ga usah protes, percayai saja.
Karenanya wajar, ketua Densus 99 Nuruzzaman mengaitkan bom Medan langsung dengan ISIS dan JAD. Bermodal mengarang indah, tanpa fakta dan dasar penyelidikan, pelaku disebutkan dendam atas kematian Al Baghdadi, Gembong ISIS.
Padahal, ISIS di Suriah, yang mengeksekusi baghdadi bukan polisi Indonesia. Kenapa balas dendam di Indonesia, kepada polisi Indonesia ? Kenapa tidak eksekusi saja polisi India yang gemar bersandiwara ?
Karena logika kita sudah diajak berfikir tidak waras, baiklah kita anggap saja bom di Medan terisnpirasi Andre dan Sule. Kenapa ? Karena Andre dan Sule tetap bikin acara ketawa ketiwi ditengah keadaan ekonomi rakyat yang sulit, ditengah naiknya tarif premi BPJS, pajak, listrik dan beban hidup lainnya.
Masuk akal ? Logis ? Sudah anggap saja karangan ini benar, bedanya hanya tidak dikeluarkan oleh otoritas negara. Alasannya ? Bom itu bentuk pesan nyata kepada Sule dan Andre, negara ini sedang genting, jangan cekakak-cekikikan terus di tivi !
Pesan bom itu pasti sampai pada Sule dan Andre. Jika keduanya, tidak segera menghentikan tayangan talkshow cekakak-cekikikan, bisa jadi bomber yang lain akan marah dan melakukan hal yang sama.
Jadi kalau ceritanya cuma mau diarahkan pada radikalisme, pada Islam, pada umat Islam, pada aspirasi umat Islam yang menginginkan kembali diatur syariah Allah SWT, umat juga bisa mengarang cerita yang lain. Sebagai sebuah hipotesa, dibalik bom Medan ada Andre dan Sule, karena itu penenggak hukum segera arahkan penyelidikan kesana. Jangan moncong senjata itu selalu diarahkan kepada umat Islam. [].
Posting Komentar