SUDAHLAH, SOAL MUWAFIQ PENJARAKAN SAJA, SELESAI URUSAN


Oleh : Nasrudin Joha 

Kerunyaman dalam tata berbangsa dan bernegara, itu terjadi ketika orang salah tidak merasa salah, mencari pembenaran, dan banyak gengnya ikut membela membabi buta. Dikiranya, dengan mencari dalih pembenar dan pembelaan yang membabi buta, dapat menyelesaikan persoalan. Ini keliru besar.

Contohnya soal Muwafiq. Robeknya hati umat Islam, kemarahan yang tersulut oleh kelakuan Muwafiq yang melecehkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, itu tidak akan reda dengan mencari dalih pembenar dan pembelaan membabi buta. Justru, tindakan konyol ini makin menyulut amarah kaum muslimin.

Klarifikasi dan permintaan maaf  Muwafiq itu bukan pengakuan salah dan komitmen pertaubatan. Tetapi, logika defensif apologetik. Yakni mengurai dalih pembenar atas kesalahan, sekaligus meminta maaf atas terjadinya kegaduhan dengan bahasa yang sok bijak.

Tak ada satupun redaksi klarifikasi yang mengujar rasa bersalah dan pertaubatan. Justru, redaksi klarifikasi itu mempertegas adanya pelecehan Kanjeng Nabi SAW dengan membuat hikayat penjelasan bahwa yang dimaksud 'rembes' itu adalah 'umbelen' atau 'ingusan'.

Bagi pembela yang membabi buta, juga keliru merasa umat Islam bisa percaya dan taklid buta dengan mengutip sejumlah maqolah dari 'kitab tertentu' sebagai dasar pembenaran kelakuan Muwafiq. Ketahulilah ! Sekarang era digital dan yang paham kitab klasik bukan hanya eksklusif dari golongan tertentu.

Akhirnya, ingin berlagak sok intelek, sok berdalil, sok 'ngitab nguning' ternyata begitu dibantah oleh kaum intelektual pembela Nabi SAW, intelektual palsu pembela Muwafiq mati kutu.

Tak logis juga mencari pembenaran sekaligus pembelaan, dengan mempersoalkan sejumlah ceramah ulama berilmu (bukan si Muwafiq yang tdk jelas sanad ilmunya), untuk menyeimbangkan posisi. Kemudian, mengunggah kata sok bijak yang ingin menyudahi Kasus Muwafiq dengan dalih penceramah lain juga melakukan hal yang sama.

Ketahuilah ! Persoalan Muwafiq itu sederhana. Muwafiq di penjara, maka tenteramlah bangsa ini. Semakin dibela dan mencari dalih untuk membenarkan kelakuan Muwafiq, sama saja membuat perkara semakin pelik dan runyam.

Anda tahu sendiri, umatnya Nabi SAW itu punya usus panjang untuk melakukan pertarungan membela Marwah Rasululah SAW. Jangan dikira, satu atau dua ronde umatnya Nabi akan menyerah. Sampai mati pun, mereka akan terus membela Kanjeng Nabi SAW.

Semua ini berpulang pada rezim Jokowi, tidak mungkin masalah sepeke ini menjadi runyam jika saja negara segera terlibat dan turun tangan untuk membela kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Negara, memang sengaja dibuat kalah untuk menghadapi para penista agama.

Negara sengaja menelantarkan rasa marah dan sakit umatnya Nabi SAW, dengan terus melindungi para penista agama. Perlindungan ini terlihat kontras, karena semua penista agama memang berada pada posisi mendukung rezim. [].

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget