Sehari pasca parade Bhinneka Tunggal Ika yang menyisakan banyak cerita lucu sekaligus tragis, Megawati bertemu dengan Setya Novanto. Esoknya lagi, Mega datang menemui Jokowi di istana. Ya, Megawati yang mendatangi Jokowi. Megawati yang biasanya bersikap merendahkan Jokowi dengan istilah “petugas partai”, kali ini rela datang. Sesuatu yang diluar karakter Mega yang angkuh dan arogan, meski masih tetap saja tersisa kesombongan, dengan mengatakan dirinya datang sebagai Presiden ke-5 (saya tak tahu, apakah seseorang yang sudah “mantan” sejak 12 tahun lalu, apa masih etis menyebut dirinya “presiden” meski diikuti kata ke-sekian).
Ada pertanyaan yang patut dijawab oleh mereka yang mengaku “Teman Ahok”: DIMANA MEREKA BERADA akhir-akhir ini? Ahok berkali-kali mengalami pengusiran ketika berkampanye, bahkan sampai harus dievakuasi dengan angkot. Tak berakhir disitu, bahkan pernah sampai harus membawa barracuda, water canon dan gas air mata serta dikawal 800-an polisi. Semua itu tentu karena sudah diketahui bakal ada penolakan dari warga, makanya ada persiapan luar biasa untuk menghadapinya, meski akhirnya ahok tetap urung berkampanye.
Pertanyaannya : DIMANA TEMAN AHOK ketika Ahok mengalami perlakuan tak menyenangkan? Tak satu pun mereka menemani Ahok! Padahal, kalau mau, mereka bisa membentuk grup-grup kecil terdiri dari 20 – 50 orang setiap grup, yang bergiliran menemani Ahok berkampanye. Setidaknya menunjukkan kesetiakawanan mereka pada orang yang mereka harapkan bakal jadi pemimpinnya.
Parade 19 November tak kurang mengagetkan. Betapa tidak, info itu sudah diposting di sosial media pada grup Teman Ahok, mengajak agar mereka mendatangi acara tersebut. Memang parade itu tak terang-terangan menyebut sebagai “aksi bela ahok”, namun tak dapat dipungkiri bahwa itu merupakan re-aksi dari Aksi Damai ummat Islam 4 November atau yang lebih dikenal “Aksi 411”. Kalau saja tak ada aksi 411, apakah akan digelar parade BTI?
Belum lagi, sejumlah nama yang fotonya dipampang dalam “poster iklan” parade BTI adalah orang-orang yang bersuara sinis menentang aksi 411 dan bahkan terang-terangan membela ahok dalam kasus penistaan agama. Jadi, sulit untuk mengatakan bahwa parade BTI sama sekali tak ada hubungannya dengan ahok atau pembelaan terhadapnya. Paling tidak, intinya : ini aksi balasan/tandingan atas aksi 411, aksi yang digagas dan dihadiri oleh orang-orang yang berlawanan/ berbeda pandangan secara frontal dengan mereka yang menggagas dan mengikuti aksi 411.
Namun ironisnya, parade BTI amat sangat sepi peserta. Yang hadir hanya ratusan atau paling banyak seribuan. Itu pun sebagian diantaranya mengaku tak tahu apa-apa tentang esensi acara, hanya diminta/diajak ikut dengan iming-iming sejumlah uang mulai Rp. 20.000,- sampai Rp. 150.000,-. Ada pula sekelompok ibu-ibu yang dibohongi dengan dalih istighotsah. Saking sepinya, berita resmi dari situs Antara yang judulnya menyebut angka 97.000 peserta, akhirnya link-nya dihapus dan berita itu tak lagi bisa di-akses.
Saking sepinya pula, Eva Kusuma Sundari, Timses Pemenangan Ahok dari PDIP, melalui akun twitternya sampai mengunggah gambar foto udara kampanye PDIP di puncak masa kejayaannya, tahun 1999, seolah-olah itu foto parade 19 November. Foto yang kemudian capture-nya beredar luas dan jadi bahan tertawaan nettizen berhari-hari. Bahkan akun Partai Social Media sampai merasa malu karena gara-gara foto itu malah pendukung Ahok menuai cibiran dan jadi bahan bully-an.
Btw, Eva sendiri kira-kira hadir tidak ke acara itu? Ah..., saya kok ragu.dia hadir. Sebab kalau hadir, pastilah mbak Eva tahu kondisi riilnya seberapa banyak dan..., terlebih lagi lokasinya di bunderan patung kuda bukan di bunderan HI.
Sepinya parade BTI 19 November jadi sinyal lain perihal : DIMANA KEBERADAAN TEMAN/PENDUKUNG AHOK?
Kenapa mereka tak hadir? Kenapa pula bisa sampai sesepi itu? Bukankah semestinya mudah saja bagi PDIP memobilisir kader-kadernya dari seluruh wilayah DKI, apalagi selama ini kader PDIP dikenal loyal dan paling demen acara kumpul-kumpul dan unjuk kekuatan massa seperti itu. Tapi kenapa kali ini taka da yang memeriahkan? Apa susahnya PAC-PAC se-DKI mengirim 50 orang saja per PAC?
Pun juga Golkar, partai terbesar kedua. Kemana para kader mereka? Begitu pun Nasdem, yang punya corong Metro tivi, apa susahnya mengajak massa?
Tapi kenyataan bicara lain! Massa yang hadir kebanyakan massa bayaran, massa yang tak tahu apa-apa tujuannya kumpul di bunderan Patung Kuda. Ini satu indikasi bahwa MESIN PARPOL TIDAK BERJALAN DENGAN OPTIMAL!!
Sementara, yang katanya Teman Ahok, tak muncul kecuali segelintir saja yang mungkin jadi panitia. Selebihnya?? NONE!
FAKTA inilah yang mungkin membuat galau partai pengusung. Fakta Ahok diusir di banyak tempat, itu saja sudah menyakitkan. Belum lagi hasil polling lembaga survey yang menunjukkan elektabilitas Ahok anjlok. Bahkan Djarot pun ketularan kena dampak pengusiran. Maka, akan makin sulit bagi partai pengusung untuk merekayasa kemenangan di atas kertas, jika faktanya Ahok memang ditolak berkampanye dimana-mana. Spanduk-spanduk anti Ahok dan menolak Ahok bertebaran di seantero Jakarta. Akan mencengangkan sekali kalau hasil quick count atau hasil perhitungan suara nanti memenangkan Ahok-Djarot.
FAKTA kedua, ternyata Teman Ahok yang katanya sudah SUKSES MENGUMPULKAN 1.000.000 FOTO KOPI KTP DUKUNGAN untuk Ahok, ternyata juga TIDAK MEMBUKTIKAN LOYALITASNYA. Baik dalam kasus kampanye Ahok maupun dari sepinya yang hadir pada parade BTI 1911.
Ini tentu membuat GALAU dan RISAU para Ketum Parpol pengusung. Makanya Megawati sampai turun gunung sendiri, membuang segala keangkuhan yang selama ini melekat dalam dirinya.
Inilah akibat langsung dari pencitraan melalui sosial media. Akun-akun berbayar baik yang anonym maupun yang pakai nama asli, bisa saja mengelola banyak akun. Sehingga kesannya pendukung Ahok banyak. Di dunia maya mereka gencar menciptakan opini bahwa Ahok disukai, dicintai dan didukung begitu banyak pihak. Tapi FAKTANYA di DUNIA NYATA???
Oh ya, agak aneh juga melihat nama-nama besar yang fotonya dipampang pada poster Parade BTI, kok tak ada yang tampak hadir? Semisal : Syafii Maarif, Abdillah Toha, Ibu Shinta Nuriyah Wahid, Budiman Sudjatmiko, dll.
Begitu pula sederet artis top yang punya banyak fans, yang semula banyak disebut bakal memeriahkan parade itu, ternyata SAMA SEKALI TIDAK ADA.
Jadi, BENARKAH DUKUNGAN KEPADA AHOK SELAMA INI???
#TanyaGoogle
By Iramawati Oemar
Posting Komentar