Poin-poin komentar Syaikh Atha’ Abu Rasytah terkait insiden terbunuhnya Duta Besar Rusia di Ankara

1. Bahwa peristiwa penembakan itu merupakan puncak kemarahan umat Islam terhadap dunia (Rusia, Suriah, dan juga para penguasa muslim) atas tragedi yang terjadi di Aleppo. Pelaku penembakan telah meneriakkan slogan-slogan Islami yang menunjukkan bahwa dia marah kepada dunia yang telah turut andil dalam tragedi Aleppo, juga antek-anteknya.

2. Ada keanehan. Mengapa pihak berwenang Turki, justru malah menembak mati Mevlud Altintas (anggota polisi itu)? Mengapa tidak menangkapnya? Apakah ini karena adanya rasa takut bagi penguasa setempat, bahwa jika Mevlud Altintas masih hidup, dia akan terus mengobarkan semangat perlawanan untuk Aleppo?

Alasan Erdogan membenarkan menembak mati Mevlud Altintas adalah ditakutkan akan terjadi tragedi di (stadion) Besiktas adalah tidak masuk akal. Sebab, berbeda kasus antara keduanya. Tragedi di Besiktas adalah dilakukan secara oleh kelompok nasionalis sekuler yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Sementara, penembakan Duta Besar Rusia dilakukan oleh satu orang (bukan sekelompok orang) yang memiliki semangat keislaman yang tinggi.

3. Walaupun korbannya adalah dari Rusia (yaitu duta besarnya) tetapi Amerika juga turut bersimpati. Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry mengatakan siap untuk membantu melakukan penyelidikan atas insiden tersebut. Hal ini juga diungkapkan John Kirby, bahkan Donald Trump. Ini menunjukkan bahwa Amerika dan Rusia berada dalam satu kubu.

4. Sikap Turki terhadap insiden ini semakin menunjukkan jati diri Turki yang sebenarnya, bahwa Turki sangat ingin menjalin kedekatan dengan Rusia. Bahkan jauh-jauh hari sebelum insiden ini terjadi, Turki sudah menunjukkan keberpihakannya dengan Rusia, seperti saat meminta maaf kepada Rusia atas ditembakjatuhnya pesawat Rusia. Ketika bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Turki Mevlud Cavutoglu menyatakan bahwa Turki akan tetap menjalin hubungan baik dengan Rusia.

5. Eropa juga tidak berbeda sikapnya dengan negara-negara tersebut. Mereka lebih pro terhadap Rusia. Hal itu tidaklah mengherankan. Sebab, sejak awal mereka (Eropa) memang telah sepakat untuk menentang terjadinya Revolusi Suriah dengan memfasilitasi diadakannya Konferensi Wina yang menginginkan Suriah yang baru harus menjadi negara sesuai yang diinginkan mereka.

6. Tuduhan Erdogan kepada Mevlud Altintas, bahwa dia adalah orang yang ikut dalam gerakan Fathullah Gullen, adalah tuduhan yang tidak benar. Justru tuduhan ini menyembunyikan kebenaran yang sebenarnya. Tidak kali ini saja Erdogan menuduh Gullen. Pada kudeta yang gagal beberapa waktu lalu juga dikatakan demikian, bahwa Gullen adalah pelakunya. Padahal, dalam insiden penembakan duta besar Rusia ini, justru kelompok Gullen telah melakukan penyangkalan dan mengeluarkan pernyataan yang berlawanan dengan apa yang dituduhkan Erdogan. Juru bicara kelompok Gullen, Alp Aslan Dogan menyatakan bahwa Fathullah Gullen mengutuk insiden ini dan penembakan ini adalah sikap yang keterlaluan.

Kelompok Gullen yang sering dituduhkan oleh Erdogan sebagai kelompok teroris, sebenarnya bukanlah kelompok yang memiliki kepentingan untuk Islam. Kelompok ini bahkan menentang perjuangan penegakan khilafah Islamiyah. Bahkan pernah terlibat kerja sama dengan orang Yahudi.

7. Terakhir, setelah menelaah berbagai hal, maka bisa dikemukakan bahwa motif dari pembunuhan duta besar Rusia adalah semata-mata motif Islami yang hanya digerakkan oleh individu, bukan kelompok. Semoga Allah memberikan kesabaran atas keluarganya.

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget