Oleh : Qosim Nursheha Dzulhadi
Banyak sekali keanehan di negeri ini. Dan, hanya akhir-akhir ini. Kawans, perhatikan ini:
Jika ada orangbilang mengatakan bahwa Sila ke-5 adalah ‘bebek nungging’ kemudian jadi “Duta Pancasila”, sungguh aneh. Tapi orang yang mengkaji Pancasila sampai jadi Disertasi Doktor malah tak dihargai. Jelas, ini adalah aneh, tapi nyata.
Sama halnya dengan satu grup musik yang tidak lekat dengan simbol-simbol Pesantren malah jadi “Duta Pesantren”. Ini jelas aneh sekali!
Jika dulu khalifah ‘Umar ibn al-Khatthab selalu bahagia jika dikritik, sekarang banyak pemimpin alergi dengan kritik. Bisa dianggap “makar”, lho! Padahal, kritik itu adalah “gizi” nalar, kata Prof. Dr. M. Amien Rais.
Hari ini seorang hafizh Quran yang menulis kalimah Tauhid di Bendera Merah Putih ditahan Polisi. Tahukah engkau, hai kawan, pada tahun 2013 ada tulisan “Metallica” di bendera Merah Putih tapi tak dianggap hina lambang negara. Sungguh, benar-benar!
Perhelatan Miss World bisa mengundang decak kagum, padahal merusak, tapi tabligh Islam di Monas dilarang. Padahal, yang adakan adalah anak bangsa ini, anak bumi pertiwi ini. Aneh benar sikap ini. Tapi, siapa yang peduli?
Sejak zaman Presiden Soekarno hingga SBY Fatwa MUl selalu jadi rujukan negara, sekarang malah dianggap merusak kebhinekaan. Bahkan, Fatwa MUl disebut-sebut sebagai perusak kerukunan. Ini jelas aneh sekali!
Para ulama saat ini dicurigai, diawasi, bahkan dikriminalisasi, padahal mereka adalah “pewaris” para nabi. Mereka lupa menista ulama sama artinya menista para nabi Allah Swt. Tapi, yang kritik ulama saat ini dipandang hebat. Bahkan, artikel atau tulisan yang caci-maki ulama disebut-sebut “mencerahkan”, ilmiah, bahkan argumentatif. Padahal, isinya mengandung banyak “racun”. Penulisnya bisa dinobatkan sebagai “intelektual” yang jenius. Aneh benar pandangan mereka.
Dulu, pada 2005, aktivis Jaringan Islam Liberal berani bilang MUl goblok, sekarang mereka bilang tak semua di MUl itu ulama. Mereka gagal paham tentang MUl. Aneh memang, tapi benar kata nafsu angkara-murka mereka.
Aneh jika ke dalam Bandara bisa bawa parang dan ancam Wasekjen MUl yang akan tabligh di Sintang. Lebih aneh lagi di situ banyak Polisi, tapi tak berikan reaksi.
Kata MUl Ahok menista agama, kata kaum Hipokrit tidak: Ahok hanya lakulan _slip of tongue_. Mereka yang bela itu ngakunya Muslim lho: pakai peci, gelarnya Professor, fasih ucapkan salam dan surah al-Ma’idah:51. Tapi, mereka tak berpihak kepada Islam. Aneh, tapi nyata.
Mereka nyinyir kepada Aksi Bela Islam l, ll, bahkan lll, tapi malah buat gerakan tandingan yang hasilnya “lumayan” menggelikan. Kemudian, mereka klaim itu aksi untuk kawal Kebhinekaan. Aneh, sungguh aneh.
Ada lagi mantan gubernur bicara “kantong”, lapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur, tapi dia lupa moralitas. Sebaiknya si fulan ini belajar kepada penyair Muslim hebat asal Mesir, Ahmad Syauqi Bek, yang menyatakan:
“Suatu bangsa akan terus jaya jika hidup akhlak di dalamnya. Namun, jika akhlak musnah mereka pun sirna”
Kawans, masih banyak keanehan-keanehan di negeri ini. Aku hanya tulis beberapa yang aku ingat. Semoga jadi bahan renungan dalam melawan keanehan. [MRA]
Posting Komentar