MENGENAL AL LIWA DAN ARROYAH, BENDERA RASULULAH

Ar-Raayah secara harfiah bermakna al-‘alam (panji). Bentuk jamaknya adalah raayaat. Kata ar-raayah, sebagaimana dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib saat Perang Khaibar, bermakna al-‘alam (panji). Ar-Raayah juga bermakna sejenis bendera yang diikatkan di leher. Bendera kecil disebut dengan ruyaih. Bentuk kata kerjanya adalah: rayaitu rayaan, wa rayyiitu, taryatah.

Sedangkan al-Liwaa’ , secara harfiah, juga berkonotasi al-‘alam. Bentuk jamaknya alwiyah dan alwiyaat. Liwa’ adalah panji yang diberikan kepada Amir (panglima tentara, bisa juga komandan detasemen). Sedangkan ‘Alam adalah Liwaa’ (panji) yang digunakan sebagai tanda untuk berkumpulnya pasukan. Ahli bahasa menyatakan, al-‘alam adalah panji yang diikatkan di ujung tombak. Az-Zubaidiy berkata, al-‘alam adalah rasm at-tsaub (baju resmi) yang di pinggir-pinggirnya diberi garis-garis.
al-Liwaa, Bendera Negara

Al-‘Allamah al-Qalqasyandi telah mendefinisikan al-a’laam (bendera) sebagai berikut, “Ia adalah ar-raayaat (panji) yang dibawa oleh wakil (pengganti) Sultan yang diletakkan di atas kendaraannya.”. Kadang-kadang al-a’laam digambarkan dengan al- ‘ashaaib (serban), bentuk jamak dari ‘ashabah, yang maknanya adalah al-alwiyah. Lafadz ini diambil dari kata ‘ashabah ar-ra’s (serban kepala), sebab ar-raayah biasanya dikenakan di ujung tombak bagian atas. Kadang-kadang dilukiskan dengan as-sanaajiq (panji-panji), bentuk jamak dari as-sinjaq. Ini adalah bahasa orang Turki, yang bermakna ath-tha’n (tikaman).

Raayah [rooyah] dinamakan seperti itu, sebab dipasang di bagian atas tombak. Sedangkan tombak adalah alat untuk menikam. Ini merupakan penamaan yang bersifat majaziy (kiasan). Al-Abadi berkata, “Ath-Thurisiy berkata, Raayah adalah panji yang diserahkan kepada pemimpin perang, di mana seluruh pasukan berperang di bawah kepemimpinannya dan akan mempertahankannya hidup atau mati.”

Sedangkan liwaa’ adalah panji yang menunjukkan posisi pemimpin pasukan, dan ia akan dibawa mengikuti posisi pemimpin pasukan’. Ar-Raazi berkata, “Liwaa’ adalah panjinya pemimpin perang (Amir), sedangkan Alwiyah adalah al-mathaarid (tombak pendek) tanpa panji dan bendera.” Al-Mathraziy berkata, “Raayah adalah bendera pasukan yang diibaratkan dengan induk peperangan. Ar-Raayah lebih kecil daripada al-liwaa’.”   Al-Abadiy juga berkata, “Raayah adalah (al-’alam) bendera kecil, sedangkan Liwaa’ adalah bendera besar. Pada masa kita sekarang ini, Raayaat dan Alwiyaat disebut dengan al-a’laam, al-bunuud, dan al-bayaariq.”

Abu Bakar ibn al-‘Arabiy berkata, “Liwaa’ berbeda dengan ar-raayah. Liwaa’ adalah bendera yang diikatkan di ujung tombak, kemudian dililitkan di gagang tombak. Sedangkan ar-raayah adalah bendera yang dipasang di ujung tombak dan dibiarkan hingga berkibar ditiup angin.” Ada juga yang menyatakan bahwa Liwaa’ berbeda dengan Raayah. Liwaa’ adalah bendera yang berukuran besar, sedangkan ‘Alam adalah tanda yang menunjukkan di mana posisi Amir (pemimpin pasukan). Adapun Raayah adalah bendera yang diserahkan kepada pemimpin pasukan’ (Fath al-Baariy: VI/126-127; ‘Umdatul Qaari lil-‘Aina: XII/47; ‘Uynul Ma’bud li al-Abadiy: VII/254).

Warna dan Ukuran Rayah dan Liwa’

Imam Sarakhsiy berkata, “Bendera kaum Muslim (Liwaa’) harusnya berwarna putih. Sedangkan panji-panjinya (Raayaat) berwarna hitam”. Dari Ibnu ‘Abbas ra berkata, “Raayah (panji) Rasul SAW berwarna hitam, sedangkan Liwa’ (bendera)-nya berwarna putih.” (Syarh as-Sayir al-Kabir: I/72; Jami’ at-Tirmidzi: IV/197, no. 1681; Sunan Ibn Majjah: II/941, no. 2818; Mu’jamul Ausath at-Thabrani: I/77, no. 219; Mu’jam al-Kabir: XII/207, no. 12909; al-Mustadrak al-Hakim: II/115, no.2506/131).

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Panji Rasulullah SAW (raayat) berwarna hitam, sedangkan liwa’ (bendera)-nya berwarna putih.” Jabir ra menuturkan, “Bendera Nabi SAW (liwaa’) pada saat masuk kota Makkah berwarna putih.” Dari ‘Aisyah ra, berkata, “Liwaa’ Nabi SAW berwarna putih.” Dari Ibnu ‘Umar ra berkata,   “Tatkala Rasulullah SAW memasangkan benderanya, beliau memasangkan bendera (liwaa’) yang berwarna putih.” Rasyid bin Sa’ad telah menceritakan sebuah riwayat dari Rasulullah SAW, “Panji (raayah) Nabi SAW berwarna hitam, sedangkan liwa’nya berwarna putih.” Ibnu ‘Asakir juga meriwayatkan dengan sanad dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah, bahwa Nabi SAW memiliki sebuah panji hitam yang bernama al-‘Uqab.

Sebagian besar nash hanya menyatakan bahwa panji Rasulullah SAW berbentuk persegi empat. Disebutkan dalam riwayat Bara’ bin al-‘Azib, “(Panji Rasulullah SAW) berbentuk persegi empat dan terbuat dari wool.” Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan, “(Panji Rasulullah SAW) berwarna hitam, berbentuk persegi empat, dan terbuat dari kain wool.” Al-Kattaaniy mengeluarkan riwayat dari Abu Zar’ah al-Qaza’iy, yang menyatakan, “Rasulullah SAW telah menyerahkan kepada ‘Ali sebuah panji berwarna putih yang ukurannya sehasta kali sehasta.” Ini menunjukkan, ukuran panji di masa Rasulullah SAW, yakni sehasta kali sehasta. Ini juga berarti, bahwa ukuran bendera Rasulullah SAW lebih besar lagi. (Taratib al-Idariyyah: I/320-322).

At-Thabrani dan Abu Syaikh menuturkan dari Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas, bahwa bendera Rasulullah SAW bertuliskan “La ilaha Illa Al-Allah Mohammad Rasul al-Allah”. (Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu-Abu Syaikh: hal. 155, no. 426). Riwayat senada juga dituturkan at-Thabarani dari Buraidah al-Aslami, dan Ibnu ‘Adiy dari Abu Hurairah. Sedangkan khath (tulisan)-nya adalah khath yang masyhur di masa Rasulullah SAW, yakni khath Makkiy (khath Makkah) dan Madaniy (khath Madinah). Ini didasarkan pada keterangan yang disampaikan oleh Ibnu an-Nadim (al-Fahrist: hal. 8).

Dari sini bisa disimpulkan, sebagai berikut:

1-   Bendera Rasulullah SAW yang paling besar (Liwa’) berwarna putih dan bertuliskan “La ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah”.

2-     Panji (Rayah) Rasulullah SAW berwarna hitam, dan di dalamnya bertuliskan “La ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah” warna putih.

3-      Al-‘Alam adalah al-liwaa’ al-a’dham (bendera besar). Sedangkan ar-raayaat adalah panji yang secara khusus dimiliki oleh setiap kabilah atau tiap divisi pasukan, dan lain-lain. Panji semacam ini jumlahnya sangat banyak. Sedangkan liwaa’ (bendera) jumlahnya hanya satu, tidak banyak.

4-     Liwaa’ (bendera) adalah bendera resmi Daulah Islam di masa Rasulullah SAW dan para Khalifah setelah beliau SAW. Ini adalah kesimpulan Imam al-Sarakhsiy, dan dikuatkan dalam kitab Syarh As-Sair al-Kabir, karya Imam Muhammad bin al-Hasan as-Syaibaniy, murid Imam Abu Hanifah. Disimpulkan, “Liwaa adalah bendera yang berada di tangan penguasa. Ar-Raayah, adalah panji yang dimiliki oleh setiap pemimpin divisi pasukan, di mana semua pasukan yang ada dalam divisinya disatukan di bawah panji tersebut. Liwaa hanya berjumlah satu buah untuk keseluruhan pasukan. Liwaa digunakan sebagai patokan pasukan ketika mereka merasa perlu untuk menyampaikan keperluan mereka ke hadapan penguasa (Imam). Liwaa dipilih berwarna putih. Ini ditujukan agar ia bisa dibedakan dengan panji-panji berwarna hitam yang ada di tangan para pemimpin divisi pasukan.”[]

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget