Pancasila Menang Mutlak! Al-Quran Kalah Telak!

PANCASILA  VS  AL-QURAN
Skor:    7 : 1

By: Anonim

Pancasila memang sakti. Saking saktinya,  negeri ini perlu setiap tahun memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Pancasila sakti. Saking saktinya, cukup  teriak, "Saya  Indonesia, saya  Pancasila," Anda  tak  akan  dicap  anti Pancasila  meski Anda  koruptor, penjual aset  negara, dsb.

Pancasila sakti. Saking saktinya,  al-Quran pun berkali-kali dibikin keok.  Wuihh!  Hebat banget Bro! Gimana ceritanya?  Kapan Pancasila vs al-Quran  bertarung?!

Ga percaya?! Ini beberapa buktinya:

Pertama: Lihat saja hari ini,  dimana-mana orang bicara Pancasila. Dimana-mana orang mengukur segala hal dengan Pancasila. Baik-buruk diukur dg Pancasila. Halal-haram pun ditentukan oleh Pancasila.  Dimana-mana orang bicara NKRI dan Pancasila harga mati. Yang bicara ya mulai orang awam,  para pejabat, DPR,  para menteri, Presiden, para politisi,  pengamat politik, kaum intelektual bahkan hingga ulama,  termasuk MUI  dn  banyak organisasi  Islam.

Trus,  al-Quran ditaruh dimana?  Kapan bangsa yang mayoritas umat Islam ini bicara al-Quran? Kapan bangsa Muslim di negeri ini mengukur segala sesuatu dg al-Quran? Kapan pula negeri yang penduduknya mayoritas umat Islam lantang berkoar-koar "al-Quran harga mati"? Ga ada. 

Bahkan ulama pun banyak yg lebih lantang menyuarakan Pancasila daripada meneriakkan kewajiban menerapkan syariah Islam secara kaffah sebagaimana diperintahkan al-Quran. Mereka pun seolah lebih suka mengunakan tolok ukur Pancasila daripada tolok ukur al-Quran. Misalnya utk  menilai "halal-haram"-nya  Khilafah, baik-buruknya  kelompok yg  berjuang  menegakkan  Khilafah, mereka  menggunakan  tolok ukur Pancasila, bukan  al-Quran. Apa  tidak  sedih, Bro?!

Banyak pula orang lebih senang menuding pihak yg berseberangan dgn dirinya sebagai anti Pancasila daripada anti al-Quran. Seolah-olah anti Pancasila itu haram,  tapi kalau anti al-Quran mah terserah elu! Emang gue pikirin! 😧😵

Maka skor 1:0 utk Pancasila alias 0:1 utk al-Quran.

Kedua: Karena  Pancasila  menjadi  satu-satunya  standar, maka  Islam  pun  diukur  dengan standar  Pancasila, bukan  sebaliknya. Hebat  kan,  Bro?! 👎Nah, jadi  jangan  aneh  jika  banyak  ajaran  Islam  akan  dituding  tak  sesuai  dengan  Pancasila. Contohnya ya  Khilafah  itu. Kok  contohnya Khilafah  lagi? Bukan  apa-apa. Karena  kebetulan  aja  istilah  Khilafah  lagi  naik  daun.

Coba  Bro  perhatikan. Al-Quran  bicara  Khilafah. Setidaknya  itu  yang  dinyatakan  oleh  Mufassir  terkemuka, Imam  al-Qurthubi, saat  menafsirkan  ayat "Innii  jaa'ilun  fil  ardhi  khaliifah" dalam  surat  al-Baqarah. Dalam  as-Sunnah  lebih  banyak  lagi  Rasulullah saw. bicara  Khilafah. Dalam  kitab-kitab  para ulama, khususnya  ulama  Aswaja, lebih  banyak  lagi  Khilafah dibincangkan. Yang  luar  biasa, kewajiban menegakkan Khilafah  telah  menjadi  Ijmak  Ulama (yang mengaku Aswaja,  silakan kaji kembali secara jujur kitab2 para ulama Aswaja tentang Khilafah)  selain  menjadi  Ijmak  Sahabat.

Meski  demikian, di dalam UU Ormas yg baru disahkan tiga hari lalu,  secara  tersirat  Khilafah--yang  notabene  ajaran  Islam--dianggap  sebagai  bertentangan  dengan  Pancasila. Otomatis  para  pengusungnya (baca: HTI) dituding  anti  Pancasila  sehingga  layak  dibubarkan. Jika  begitu, ga  salah  kan  jika  Islam  pun  harus  keok lagi di  bawah  Pancasila?!

Maka  skor 2:0 untuk  Pancasila  alias 0:2 untuk al-Quran.

Ketiga: Sekarang  kita  bicara  ideologi  negara  ini. Tentu  Pancasila, bukan  Islam  yg  landasannya  adalah  al-Quran. Sebab, kalau Islam  ideologinya, pasti  negara  ini  akan  disebut  Negara  Islam.  Faktanya,  siapapun menolak jika dikatakan Negara Indonesia adalah Negara Islam. Lucunya, banyak  orang  kemudian  menolak jika Negara Indonesia disebut negara sekular.  Kata mereka,  "Indonesia bukan Negara Islam,  tapi juga bukan negara sekular."  (Jadi, negara "bukan-bukan" dong, Bro?!).😜🤣

Namun, banyak kalangan berdalih: tapi  kan  Pancasila  digali  dari  nilai-nilai  Islam. Ok,  jika  betul  Pancasila  digali  dari  nilai-nilai Islam, lalu  mengapa Pancasila  sering  menuding  kelompok-kelompok Islam  yang  memperjuangkan  syariah  Islam--termasuk  di  dalamnya Khilafah--sebagai  anti  Pancasila? Lho,  kok  ada  ya  sebuah  ideologi yg  digali  dari  nilai-nilai Islam  tapi  memusuhi  syariah  dan  Khilafah Islam  yang  notabene  bersumber  dari al-Quran?! Lagi-lagi,  dalam ranah ideologi, al-Quran  keok  saat  bertanding dg  Pancasila.

Alhasil, skor 3:0 utk  Pancasila alias 0:3 utk  al-Quran. Hidup  Pancasila!😇😵

Keempat: Sekarang,  mari kita bicara ekonomi.  Di negeri Pancasila ini riba halal. Artinya,  Pancasila menghalalkan riba. Bahkan riba menjadi pilar ekonomi negara  ini. Buktinya,  utang berbasis riba (bunga) menjadi salah satu sumber utama pemasukan APBN kita. APBN kita jelas dong selamanya sesuai dg Pancasila,  tak mngkn bertentangan dg Pancasila.

Padahal kita tahu,  al-Quran secara tegas telah mengharamkan riba. Bahkan riba dinilai sebagai salah satu dosa besar. Kata  Nabi  saw., "Satu  dirham  riba  sama  dosanya  dengan 36 kali  berzina." Apa  ga  ngeri, Bro?!😱

Artinya apa?  Artinya,  lagi-lagi dalam ranah ekonomi pun Pancasila benar-benar jumawa sehingga mampu membuat al-Quran bertekuk lutut. Pancasila sanggup menghalalkan apa yang telah diharamkan al-Quran. 

Maka skor 4:0 utk Pancasila alias 0:4 utk al-Quran.

Kelima: Sekarang kita bicara moral. Zina pun halal di negeri Pancasila ini (ga ada tuh pasal perzinaan dlm KUHP kita). Artinya,  Pancasila menghalalkan zina. Buktinya,  tak ada seorang pezina pun di negeri ini yg dihukum atau dipenjarakan. Apalagi jika zina dilakukan di tempat "resmi" seperti Lokalisasi. Yang penting suka sama suka, katanya (He..he..mana ada pasangan berzina salah satu atau dua-duanya benci zina). 😁Makanya angka perzinaan selalu meningkat  setiap saat karena  banyak  orang  tak  takut  dihukum  jika  berzina  (Ya, iya  lah, hukumannya  kan ga  ada, Bro).  Yang  diharamkan  Pancasila  adalah  perkosaan. Itu  pun  jika  korban  mengadukan  masalahnya  ke  Polisi  (artinya  masuk  delik  aduan). Jika  korban perkosaan  merasa  "nyaman"--meminjam kata  Pa  Nganu--ga  layak  kasusnya  diadukan  ke  Polisi  (Ada  ya, Bro, wanita  diperkosa, trus  dia  merasa "adem".Hi..hi..).

Padahal jelas, al-Quran  telah secara tegas mengharamkan zina.  Jangankan berzina,  bahkan mendekatinya saja sudah diharamkan oleh al-Quran.

Itu baru zina. Belum termasuk pornografi,  pornoaksi,  LGBT,  dll yg seolah dibiarkan sj keberadaannya di negeri Pancasila ini. Padahal  semua  itu  jelas  telah  diharamkan  al-Quran.

Dengan  demikian, di  bidang  moral  pun  lagi-lagi  al-Quran  tidak  berdaya  di  hadapan Pancasila.

Alhasil, skor 5:0 untuk Pancasila  alias 0:5 untuk al-Quran.

Keenam: Sekarang  kita  bicara  hukum. Al-Quran  menegaskan: hukuman  bagi  pezina dicambuk  seratus  kali  atau  dirajam  (berdasarkan  ketentuan as-sunnah), pencuri dipotong  tangan, koruptor  bisa  dihukum  mati, dst.

Faktanya, Pancasila  menetapkan hukum  yg  berbeda  dengan ketetapan  al-Quran. Pezina tak  dihukum, pencuri sekadar  dipenjara, para koruptor yang merugikan triliunan uang negara acapkali  dihukum  ringan, bahkan  sering bebas. Lalu  kemana  ketetapan  hukum  al-Quran? Tentu  dibuang  jauh-jauh.😭😱

Alhasil, satu  poin  lagi  untuk Pancasila sehingga  skor 6:0.

Ketujuh: Sekarang  kita  bicara  kedaulatan  (hak  membuat hukum). Al-Quran  tegas menyatakan, "Inil  hukmu  illaa  lilLaah" (Membuat  hukum  adalah  hak  Allah). Faktanya, Pancasila  menetapkan  bahwa  hak  membuat  hukum  ada  pada  kewenangan  Pemerintah  dan  DPR. Itulah demokrasi. Tak pernah sedikitpun Pemerintah dan DPR punya kewajiban merujuk pada al-Quran saat melegislasi hukum. Mereka tak peduli apakah berbagai produk hukumnya nanti bertentangan dengan al-Quran. Bagi mereka, yang penting tidak bertentangan dengan Pancasila. Padahal faktanya, banyak produk hukum--UU Migas,  UU Penanaman Modal,  UU Listrik,  UU Minerba,  dan banyak produk hukum lain--bernuansa sangat liberal (Apakah berarti Pancasila mengadopsi liberalisme?) Akibatnya,  banyak  produk  hukum  yang  menginjak-injak  hukum  Allah  SWT  yang  telah  digariskan  dalam  al-Quran.

Alhasil,  skor 7:0 untuk Pancasila alias 0:7 untuk  al-Quran. (Apa  ga bikin sedih dan nangis,  Bro?!)😩😭

Sebetulnya  jika diurai  lebih  jauh,  masih banyak  fakta  yang  menunjukkan  kemenangan mutlak Pancasila dan sebaliknya kekalahan  telak  al-Quran.

Pertanyaannya: Lalu  dari  mana  poin  satu  (dari  skor 7:1, sebagaimana  dinyatakan dalam anak  judul  di  atas) yg  diperoleh  al-Quran?😇😱

Tidak  lain  dari  ibadah-ibadah  ritual  (shalat, shaum, zakat, haji, zikir  baca  al-Quran, dll) umat Islam yang  masih  merujuk pada al-Quran, tak  mungkin  merujuk  pada butir-butir dari sila-sila Pancasila  (Ya  kan, Bro?!)

Kekalahan  al-Quran  vs  Pancasila  juga  mungkin  bisa  menjadi  lebih  tipis  (skor menjadi 7:2) jika dikaitkan  dg  kematian. Maksudnya? Begini. Meski mengklaim paling Pancasila, saat  mati, jika dia Muslim, masih  dibacakan  ayat-ayat  al-Quran, bukan  dibacakan  ayat-ayat  konstitusi (meski  bagi  sebagian  orang ayat-ayat konstitusi lebih  tinggi  dari  ayat-ayat suci, katanya).

Semoga pula tak ada seorang Muslim pun (saat mati)  yang mengklaim paling Pancasila sekalipun--entah Presiden,  menteri,  anggota DPR, dll--mau dan rela dibacakan  Pancasila  di  sisi  kuburannya. Jika  ada, tentu dia  adalah  orang  yang super hebat! Mengapa? Karena  dia telah sangat berani menggenapkan  skor kekalahan  al-Quran vs  Pancasila menjadi  sangat  telak: 7:1! 😩

Udah  ya, Bro.

Terakhir, bagi yang mengaku paling Pancasila, mari kita teriakan: "Saya  Indonesia, saya  Pancasila!"

Jangan lupa, jargon yg sama di atas diteriakkan juga di  hadapan  Mahkamah  Ilahi  di  Akhirat  nanti, jika  berani. Setuju,  Bro?!😬

[Dalam Perjalanan  Bogor-Bandung  di  atas  Bis  MGI, Jumat, 27/10/17. Pk. 11.16)

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget