Rokim Abu Hafidz
Sewaktu kecil belajar Islam saya dikenalkan pada sifat 20 untuk Ilmu tauhid, belajar metode baghdadiy untuk bisa membaca Al-qur'an, belajar terkait air untuk bisa wudhu dan sholat. Alhamdulilah ilmu-ilmu itu membekas hingga kini.
Beranjak sekolah SMP dan SMA mulai mepelajari sejarah ummat Islam, memperlancar bacaan Al-Qur'an, tetapi masih mengenal Islam sebagai agama ritual semata, Islam di masjid sementara di luar masjid diatur oleh aqal fikiran manusia semata.
Memasuki masa kuliah, berkenalan dengan pemikiran Hizbut Tahrir, dikenalkan terhadap pengokohan kembali keimanan, dikenalkan Islam sebagai sistem hidup, dan dikenalkan institusi pelaksana seluruh syariah Islam yaitu Khilafah.
Dari perkenalan tersebut tergambarlah secara jelas sebuah bangunan kesempurnaan Islam, kerangka-kerangkanya hingga detail-detail pemikiran cabangnya.
Dengan kejelasan kerangka maka menjadi fahamlah bagaimana aqidah aqliyah Islamiyah harus menjadi dasar untuk membangkitkan ummat, bagaimana akhlaq diposisikan, bagaimana pemerintahan Islam harus ditegakkan, bagaimana sistem ekonomi harus dijalankan. Dan dengan kerangka tersebut dapat difahami bahwa memang pemikiran-pemikiran dari Islam akan sempurna berjalan pada sistem Islam saja.
Apabila pemikiran-pemikiran dari Islam dipaksakan atau dijadikan alat tambal sulam pada kerangka sistem selain Islam, maka akan menimbulkan kerancuan dan frustasi karena tidak akan pernah bisa sampai pada tujuan yang diharapkan.
Dengan strategi yang sangat jelas dan bisa sangat memuaskan aqal, dapat difahami ketika Hizbut Tahrir berfokus pada perjuangan menegakkan bangunan sistem Islam yakni Khilafah, karena jika bangunan sistem Islam dan seluruh kerangkanya telah tegak, maka akan dengan mudah pemikiran-pemikiran Islam bisa dijalankan secara sempurna.
Posting Komentar