Oleh : Ahmad Sastra
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung [QS Ali Imran : 104]
Ayat di atas adalah SK dari Allah tentang kewajiban dakwah Islam. Dakwah adalah akad kewajiban setiap muslim kepada Allah, bukan kepada manusia. Meski pemerintah dan seluruh manusia menghalangi, status kewajiban dakwah tidak pernah berubah.
Adalah sunnatullah dakwah Islam selalu mendapat halangan dari musuh-musuh Allah. Adalah aneh jika dakwah Islam berjalan mulus tanpa halangan. Lihatlah para Nabi seperti Ibrahim, Nuh, Luth, Musa, dan Yusuf yang mendapat penentangan dari kaum pembangkang Allah. Rezim penguasa saat itu adalah penghalang utama dakwah Islam. Rezim Fir’aun adalah contoh sempurna penghalang dakwah Islam yang dibawa Nabi Musa.
Begitupun apa yang dialami oleh Rasulullah Muhammad SAW. Tak ada sejengkal langkah dakwah Rasulullah yang sepi dari gangguan, halangan dan ancaman penguasa rezim kafir Quraisy pimpinan abu jahal dan abu lahab. Tidak hanya sampai disitu, gerombolan kaum munafik pimpinan abdullah bin ubay bahkan mengkhianati perjuangan Rasulullah.
Tatkala Rasul saw diutus dengan membawa Islam, masyarakat membicarakan dirinya dan dakwahnya, sementara Quraisy paling sedikit berkomentar tentang dakwah Nabi. Sebab mereka pada mulanya belum menyadarinya, dan menganggap perkataan Muhammad tidak lebih dari sekadar cerita para pendeta dan ahli hikmah belaka.
Mereka pun meyakini bahwa masyarakat akan kembali kepada agama nenek moyangnya, sehingga mereka tidak mempedulikan dan tidak pula melarangnya. Sewaktu Muhammad lewat di majelis mereka, mereka hanya mengatakan, “Inilah putra ‘Abdul Muthallib yang biasa membicarakan sesuatu dari langit.” Sikap seperti itu terus berlangsung demikian.
Namun, setelah dakwahnya berjalan dalam waktu yang belum terlalu panjang, mereka mulai menyadari bahaya dakwah tersebut dan sepakat untuk menentang, memusuhi, dan memeranginya. Mereka menyimpulkan dengan pikiran yang dangkal untuk memerangi dakwah Muhammad dengan berbagai tekanan dan mendustakan kenabiannya. Kemudian mereka mendatangi beliau sambil mengajukan berbagai pertanyaan tentang mukjizat yang menjadi penguat risalahnya.
Demikianlah, mereka terus-menerus menyerang Rasul dan dakwahnya dengan cara hina dan menyakitkan. Mereka terus menerus mempergunjingkan hal itu, tetapi hal itu tidak membelokkan Rasul dari dakwahnya. Bahkan beliau tetap meneruskan seruannya kepada manusia menuju agama Allah, disertai dengan memaki-maki berhala-berhala itu, mencelanya, merendahkannya, dan menganggap bodoh atas akal orang-orang yang menyembahnya dan menyucikannya.
Urusannya menjadi semakin besar bagi Quraisy. Mereka lalu menggunakan berbagai sarana untuk memalingkan Muhammad dari dakwahnya, namun tidak berhasil. Sarana sarana terpenting yang mereka gunakan untuk menyerang dakwah ini ada tiga, yaitu: (1) Penganiayaan, (2) Berbagai propaganda di dalam dan di luar kota Makkah, dan (3) Pemboikotan.
Seperti itulah kafir Quraisy secara terus-menerus menyiksa Nabi dan para sahabatnya. Ketika kafir Quraisy menyadari bahwa perlawanan terhadap dakwah dengan menggunakan cara tersebut tidak membawa hasil, maka mereka beralih dengan cara lain, yaitu dengan senjata propaganda memusuhi Islam dan kaum Muslim di mana-mana, baik di dalam kota Makkah maupun di luar Makkah, seperti di Habsyi.
Mereka menggunakan cara propaganda itu dengan segala bentuknya dan modelnya, seperti berdebat, menggugat, mencaci, melemparkan berbagai macam isu atau tuduhan. Propaganda itu juga digunakan untuk menyerang akidah Islam dan para pemeluknya, membusuk-busukkan isinya dan menghina esensinya. Mereka melontarkan kebohongan kebohongan tentang Rasul dan menyiapkan semua kata-kata yang ditujukan untuk propaganda memusuhi Muhammad, baik di Makkah maupun di luar Kota Makkah, terutama propaganda di musim haji.
Mengingat betapa pentingnya propaganda memusuhi Rasul bagi kafir Quraisy, maka sekelompok orang dari mereka berkumpul di rumah Walid bin al-Mughirah. Di rumah itu mereka bermusyawarah mengenai apa yang akan mereka katakan tentang Muhammad kepada orang-orang Arab yang datang ke Makkah di musim haji.
Sebagian mereka mengusulkan hendaknya Muhammad dicap sebagai seorang dukun. Namun, Walid menolaknya seraya mengatakan bahwa Muhammad itu tidak memiliki karakter dukun, baik gerak-gerik maupun gaya bicaranya. Sebagian yang lain mengusulkan agar menuduh Muhammad sebagai orang gila. Usulan ini pun ditolak oleh Walid, karena tidak satu pun tanda-tanda yang menunjukkan Muhammad itu gila.
Sebagian lagi mengusulkan agar mencap Muhammad sebagai tukang sihir. Usulan ini juga ditolak oleh Walid, karena kenyataannya Muhammad tidak pernah meniupkan mantera-mantera sihir pada buhul-buhul tali, juga tidak pernah melakukan aksi penggunaan sihir sedikit pun. Setelah mereka berdebat dan berdikusi, akhirnya sepakat untuk menuduh Muhammad sebagai tukang sihir lewat ucapan, lalu mereka membubarkan diri.
Tetapi propaganda-propaganda tersebut tidak membawa hasil apa-apa dan tidak mampu menghalangi manusia dari dakwah Islam. Lalu, mereka menemui Nadhir bin al-Harits dan menugaskannya untuk melakukan propaganda memusuhi Rasul saw. Nadhr melaksanakan tugas tersebut dengan cara setiap Rasul berada di suatu tempat untuk mengajak manusia kepada agama Allah, maka Nadhir mengambil tempat duduk di belakang majelis beliau, seraya mengisahkan kisah-kisah Persia dan agamanya. Dia mengatakan, “Dengan apa Muhammad akan menceritakan sesuatu yang lebih baik dari kisahku.
Bukankah dia hanya bercerita tentang orang-orang terdahulu seperti yang juga kulakukan?” Kaum Quraisy pun menggunakan kisah-kisah itu dan menyebarkannya di tengah-tengah masyarakat. Mereka juga melontarkan isu bahwa apa yang Muhammad sampaikan tidak lain adalah ajaran yang pernah disampaikan oleh seorang pemuda tanggung Nasrani yang bernama Jabr dan bukan berasal dari sisi Allah. Isu tersebut terus menyebar luas dan banyak sekali yang terpengaruh, hingga Allah menolaknya dalam surat an-Nahl: 103:
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, ‘Sesungguhnya al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).’ Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajm, sedang al-Quran ini dalam bahasa Arab yang nyata.” (TQS. an-Nahl [16]:103).
Demikianlah, berbagai propaganda menemui kegagalan dan tenggelam. Kekuatan kebenaran yang diserukan Rasul saw dengan amat gamblang, dan tampak pada lidah beliau, mengungguli seluruh propaganda busuk.
Cahaya Islam yang baru terbit mampu menceraiberaikan semua isyu dan propaganda. Karena itu, Quraisy beralih pada senjata ketiga, yaitu pemboikotan dan mereka sepakat untuk memboikot Rasul dan para kerabatnya. Mereka membuat perjanjian tertulis, yang isinya memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib secara total.
Quraisy tidak akan melakukan pernikahan dengan mereka juga kalangan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib tidak boleh menikahi mreka. Quraisy tidak akan menjual komoditas apapun kepada mereka dan tidak pula membeli apapun dari mereka. Mereka menempelkan naskah perjanjian tersebut di bagian dalam Ka’bah dengan diberi penjelasan tambahan serta piagam. Mereka meyakini bahwa strategi pemboikotan tersebut akan berpengaruh lebih besar dari pada dua strategi sebelumnya yaitu penyiksaan dan propaganda.
Masa pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dan mereka menunggu apakah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib akan meninggalkan Muhammad juga apakah kaum Muslim mau meninggalkan keislaman mereka. Sehingga Muhammad akan benar-benar sendirian dengan kemungkinan dia akan meninggalkan dakwahnya atau dakwahnya tersebut tidak lagi berbahaya baik bagi Quraisy maupun agama mereka.
Hanya saja, hal tersebut tidak berpengaruh sedikitpun pada Rasul saw, melainkan makin berpegang teguh kepada tali agama Allah, makin kuat menggengam agama Allah dan semakin bersemangat di jalan dakwah mengajak manusia kepada Allah. Demikian juga kekuatan dan keteguhan orang-orang Mukmin yang menyertai beliau tidak surut. Penyebaran dakwah Islam di kota Makkah dan di luar Makkah tidak mengalami kemunduran sama sekali.
Penyiksaan, propoganda busuk hingga pembaikotan adalah sunnatulah yang akan dihadapi muslim yang memilih jalan dakwah. Sebab meskipun Rasulullah adalah manusia agung yang memiliki kemuliaan akhlak yang tak tertandingi, justru mendapatkan ujian dakwah yang sangat berat.
Namun istimewanya dakwah para Nabi dan Rasul dalam membangun hukum syariah di tengah-tengah masyarakat tidak pernah dikatakan kalah oleh Allah. Bahkan Nabi Luth hingga tinggal sendirian di tengah di tengah manusia durjana penentang Allah sekalipun.
Bahkan hingga Nabi Nuh yang hanya tinggal beberapa orang pengikutnya sekalipun. Sebab kemenangan ada dalam keimanan, bukan pada jumlah. Kekalahan ada dalam kekafiran dan kemunafikan yang menghalangi dakwah itu sendiri.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Dan barangsiapa mengambil Allah Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah Itulah yang pasti menang.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat [QS An Nashr : 1-3]
Sementara para penghalang dakwah adalah mereka yang memuja hukum thoghut karena kekafiran dan kemunafikan mereka. Perhatikan firman Allah :
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya [QS An Nisaa : 60]
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu [QS An Nisaa : 61].
Rasul dan kaum Muslim atas pertolongan Allah berhasil mengakhiri pemboikotan dan mereka kembali sehingga beliau saw dapat melanjutkan aktivitas dakwahnya, hingga jumlah kaum Muslim bertambah banyak. Demikianlah, berbagai langkah Quraisy dalam bentuk penganiayaan, propaganda, dan pembaikotan telah gagal dan tidak mampu memaksa kaum Muslim meninggalkan agamanya. Aksi tersebut tidak berhasil menghentikan Rasul dari dakwahnya, hingga Allah SWT memenangkan dakwah Islam meski dihadang oleh berbagai kesulitan dan siksaan.
Demikian pula dakwah menegakkan Islam kaffah hari ini, maka sunnatullahnya akan dihadang oleh musuh-musuh Allah dari kaum kafir dan munafik. Generasi sekarang belum pernah menyaksikan Daulah Islam menerapkan Islam. Begitu pula generasi yang hidup masa Daulah Islam (Daulah Utsmaniyah) yang berhasil diruntuhkan Barat.
Mereka hanya dapat menyaksikan sisa-sisa negara tersebut dengan secuil sisa-sisa Pemerintahan Islam. Karena itu, sulit sekali bagi seorang muslim untuk memperoleh gambaran tentang Pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya sehingga dapat disimpan dalam benaknya.
Anda tidak akan mampu menggambarkan bentuk pemerintahan tersebut, kecuali dengan standar sistem demokrasi yang rusak yang anda saksikan, yang dipaksakan atas negeri-negeri Islam. Kesulitannya bukan hanya itu. Masih ada yang lebih sulit lagi yaitu mengubah benak (pemikiran) yang sudah terbelenggu oleh virus pemikiran Barat.
Virus pemikiran tersebut merupakan senjata yang digunakan Barat untuk menikam Daulah Islam, dengan tikaman yang luar biasa, hingga mematikannya. Barat lalu memberikan senjata itu kepada generasi muda negara tersebut, dalam kondisi masih meneteskan darah “ibu” mereka yang baru saja terbunuh, sambil berkata dengan sombong, “Sungguh aku telah membunuh ibu kalian yang lemah itu, yang memang layak dibunuh karena perawatannya yang buruk terhadap kalian.
Aku janjikan kepada kalian perawatan yang akan membuat kalian bisa merasakan kehidupan bahagia dan kenikmatan yang nyata.” Kemudian, mereka mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan si pembunuh, padahal senjata sang pembunuh itu masih berlumuran darah ibu mereka.
Perlakuan pembunuh itu kepada mereka seperti serigala yang membiarkan mangsanya lari, lalu dikejar lagi agar dapat ditangkap dan dimangsa. Mangsanya itu tidak akan bangun lagi kecuali diterkam kembali hingga darahnya mengucur atau dibanting ke dalam jurang, kemudian serigala itu memangsanya.
Jadi jika dakwah syariah dan khilafah yang ingin mengembalikan kehidupan yang lebih baik dari sistem kapitalisme dan komunisme mendapatkan jutaan hadangan dan hambatan adalah tanda bahwa jalan dakwah ini sudah benar. Penghambat terbesar sebagaimana sejarah dakwah Rasul adalah rezim penguasa yang anti Islam.
Bahkan jika menilik sejarah perjuangan Rasulullah, saat tekanan dari musuh-musuh Allah semakin memuncak, itulah tandanya kemenangan Islam semakin dekat. Dua tahun setelah peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai cara Allah menghibur Rasulullah atas segala kesusahan dakwah, maka Islam tegak dengan tegaknya Daulah Madinah yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan sistem khilafah Islamiyahnya.
Wahai kaum muslimin, yakinlah dengan janji Allah berikut :
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [QS An Nuur : 55].
Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu [QS Al Fath : 21].
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat [QS An Nasr : 1-3].
Jadi, wahai para pejuang agama Allah, hapus air matamu, serahkan semuanya kepada Allah dan teruslah berjuang hingga tetes darah terakhir. Teruslah berjuang hingga ajal menjeput kita. Saat kita mengambil jalan dakwah, itulah kemenangan sejati, saat berdiri sebagai penghalang, itulah kekalahan dan kehinaan dunia akherat. [AhmadSastra,KotaHujan,08/05/18 : 10.00 WIB].
Posting Komentar