PIDATO POLITIK MENJELANG RAMADHAN 1439 H

Oleh: Nasrudin Joha

Menjelang Ramadhan tahun ini, umat Islam di negeri ini dikepung berbagai teroris dan ancaman, bukan hanya dari fakta tetapi juga diteror oleh opini-opini yang menyudutkan umat Islam. Kegagalan penguasa memberikan keamanan dan rasa aman, dieksploitasi untuk menimbulkan ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan ajarannya.

Jika mau jujur, munculnya berbagai teror dan ancaman -yang kemudian menjadi latah disebut terorisme- adalah bukti nyata kegagalan Rezim memberikan perlindungan dan keamanan terhadap warga negara. Alih-alih meminta maaf kepada umat, karena tidak bisa memberikan kedamaian, rasa aman dan nyaman  jelang Ramadhan Mubarok, rezim justru menabuh genderang Terorisme lebih kencang, menjulang tinggi dan diedarkan ke seluruh pelosok negeri.

Kegagalan negara mengantisipasi aksi teror, justru di jadikan Justifikasi dan legitimasi.

*Pertama,* kegagalan rezim atas antisipasi dan dekteksi dini terhadap ancaman teror dan kekerasan, berupa ledakan bom yang menimbulkan korban nyawa, luka-luka dan rusaknya fasilitas publik dan rumah ibadah, justru di eksplositasi untuk mendorong pengesahan RUU terorisme yang banyak menuai kritik dan kecaman. Bahkan, sampai mengultimatum DPR dengan Palu Perppu.

Kegagalan penanggulangan didalihkan karena kurangnya sarana, wewenang dan payung hukum untuk memperluas tindakan terhadap deteksi dini, tindakan preventif, preemptif dan antisipasif, termasuk tindakan kuratif terhadap aktivitas terorisme.

Analogi yang mudah untuk menggambarkan hal ini adalah seorang petani, sudah diberi lahan, diberi cangkul, diberi bibit terbaik, diberi pupuk dan obat-obatan, gagal memelihara tanaman karena hama wereng.

Alih-alih berfikir bagaimana mengatasi penyakit wereng agar tidak merusak tanaman, mengoptimalkan insektisida yang telah disediakan, justru petani gagal ini bicara berbusa-busa meminta lahan sawah diperluas, meminta tambahan bibit unggul, meminta tambahan pupuk dan obat-obatan, dengan dalih agar panen bisa maksimal.

Ini persoalannya serangan wereng, dimana petani amatiran ini malas mengunjungi sawah, malas menyemprot tanaman, sehingga tanaman rusak oleh wereng. Bukan soal kurang lahan, kurang bibit, kurang pupuk, kurang ini itu dan sebagainya.

Jika keadaannya demikian, jangan jangan wereng sengaja diundang si petani gagal untuk dalih agar bisa memperoleh lahan lebih luas, yang diantara perluasan lahan itu ada fee makelar untuk membeli lahan. Entahlah.

*Kedua,* kegagalan rezim atas antisipasi dan dekteksi dini terhadap ancaman teror dan kekerasan, berupa ledakan bom yang menimbulkan korban nyawa, luka-luka dan rusaknya fasilitas publik dan rumah ibadah, justru di eksplositasi untuk mendeskreditkan ajaran Islam, menstigmatisasi ajaran Islam, mengkriminalisasi ajaran Islam, berusaha dijadikan sarana untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya, menjauhkan masyarakat dari umat Islam, dan menjadikan umat yang ingin taat dengan menerapkan Islam kaffah, teralienasi dan tersudut akibat opini jahat yang terus didendangkan.

Muslimah bercadar di persekusi, santri di curigai, ajaran jihad dan Khilafah dikait-kaitkan terorisme, Ormas dan gerakan Islam dituding dan didiskreditkan. Sedih sekali, umat ini yang mayoritas harus merasa menjadi minoritas, keinginan untuk taat ditafsirkan sebagai tindak kejahatan, luar biasa jahatnya!

Karena itu, jelas ada tujuan jahat yang diagendakan rezim -yang berlakon tidak berdaya- padahal mereka punya seluruh kuasa dan sumber daya. Sandiwara jahat yang diputar, saat umat ini ingin Taqorub kepada Allah SWT dalam bilangan bulan Ramadhan yang diberkati.

Sekali lagi, saya sampaikan kepada rezim. Nasrudin Joha, tidak akan mengambil sikap pengecut, atau melakukan gencatan senjata selama bulan puasa. Ramadhan ini adalah BADAR POLITIK untuk mengungkap pengkhianatan rezim, makar rezim, dan seluruh tipu daya rezim.

Ramadhan ini adalah bulan pertarungan suci,  untuk menegakan pemikiran Sahih, pemikiran Ilahi, syariat Islam yang suci, untuk membenamkan Sekulerisme demokrasi pada lubang-lubang hina, di kedalaman ribuan kilometer. Dan pasti, rezim kelak berada didasar lubang dan terkubur oleh sejarah. Rezim represif anti Islam pasti binasa. [].

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget