Viral BOOKLET HTI terbitan 2005 berjudul "Selamatkan Keutuhan Wilayah Indonesia dari Skenario Negara-Negara Penjajah"

pasca kerusuhan diwilayah papua, banyak fihak memanfaatkan moment tersebut, tak terkecuali fihak-fihak yang berupaya untuk memisahakan papua dari wilayah Indonesia. Diskriminasi, kesenjangan ekonomi, fanatisme kesukuan terus dihembuskan dalam peristiwa tersebut.
Viral BOOKLET HTI terbitan 2005 berjudul "Selamatkan Keutuhan Wilayah Indonesia dari Skenario Negara-Negara Penjajah"
Booklet Selamatkan Wilayah Indonesia dari Skenario Negara-negara Penjajah. Sumber foto : Bang Ben

Ditengah Panasnya situasi, ada hal menarik yang menyita perhatian publik, beredar poto sampul booklet yang dibuat HTI pada tahun 2005. Disatu sisi HTI sendiri telah dibekukan perizinannya pada tahun 2017 dengan alasan memyerukan ide Khilafah yang mengancam dan bertentangan dengan pancasila, padahal menurut Jubir HTI Ustadz Ismail Yusanto dalam wawancaranya dengan CNN, memyangkal  tuduhan tersebut, "itu adalah dusta, mana mungkin khilafah bagian dari ajaran Islam bisa dikatakan ancaman".

Jauh sebelum marak slogan "NKRI Price Die" HTI memang telah menerbitkan sebuah booklet untuk mewaspadai upaya memecah belah Indonesia. 

Ini adalah petikan tulisan pada booklet yang diterbitkan HTI pada tanggal 13 Agustus 2005 (08 Jumadi Tsaniyah 1426 H), atau sekitar 14 tahun lalu.

Halaman 1-2
Konflik yang sangat berbahaya dan harus mendapat perhatian serius adalah konflik yang mengarah pada sparatisme, seperti yang terjadi di Aceh, Ambon (Maluku), dan Papua. 

Gerakan separatis yang mengarah pada pemisahan diri dari Indonesia harus dicermati agar pintu masuknya penjajah baik Amerika Serikat (AS), Inggris, maupun Uni Eropa, dalam rangka mengendalikan Indonesia dapat ditutup rapat-rapat.

Halaman 5
Sementara konflik di Papua merupakan konflik paling komplek yang pernah ada di Indonesia setelah merdeka. Di Papua, konflik politik, konflik adat, konflik ekonomi, dan konflik hukum bercampur aduk menjadi satu. 

Ada sekitar 250 suku yang beragam di Papua, masing-masing bisa saling serang. Konflik di Papua ini jika tidak segera diatasi bisa menjadi lebih buruk daripada konflik di Aceh.  

Dunia internasional lebih mudah menyambut Papua merdeka, ketimbang Aceh merdeka.  

Halaman 8
Tetapi, kini tuntutan pemisahan diri Papua dari Indonesia mencuat kembali.  Peristiwa ini tampak tidak dapat dilepaskan dari upaya Barat, khususnya AS, yang selalu berada di belakang separatisme, bila hal itu bisa menguntungkan mereka.

Menurut Uatadz Abdul Barr dihalaman Facebooknya mengatakan "HTI memang kerap sekali konsen terhadap permasalahan bangsa, melebihi partai politik pada umumnya yang hanya nongol disaat musim kampanye

Dari mulai kebijakan kenaikan BBM,TDL, Liberalisasi Sumberdaya Alam,Carut marut BPJS, Pendidikan dah bahkan dulu saat Timor timur hendak memisahkan diri, HTI-lah yang paling depan Demontrasi menentangnya.

Semua itu dilakukan Tak lain karena HTI tahu permasalahan bangsa ini,dan tahu juga Solusi untuk menuntaskannya.

Cinta HT kepada Negeri-negeri kaum muslim termasuk Indonesia adalah bagian dari perjuangan penerapan Syariah dan penegakan khilafah, karena dengan itulah satu-satunya cara agar negeri-negeri kaum muslimin menjadi negara superpower, bukan lagi menjadi negeri Jajahan lagi [AS]

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget