Oleh : Nasrudin Joha
Rupanya emak konde satu ini tidak puas menyerang jilbab, merasa mendapat bunker dari kekuasaan, Sukmawati kembali merendahkan Umat Islam. Dengan nada merendahkan, dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme’, Busukma mempertanyakan Al Quran dan Pancasila, juga mempertanyakan peran Nabi Muhammad SAW pada era di abad 20 ketimbang Bapaknya, Soekarno. (11/11/2019).
Ini pernyataan serius, ini berarti mempersoalkan kedudukan Al Quran dan Rasulullah SAW dibandingkan Pancasila dan Soekarno. Karena itu, kami perlu tegaskan agar kedudukan kami diketahui dan kelak kami dapat memiliki hujjah bertemu Allah SWT kelak diakherat.
Pertama, Al Quran adalah pedoman hidup kami, Imam kami, kami tidak akan melangkah kecuali setelah mendapat petunjuk dari Al Quran. Kedudukan Al Quran adalah sumber hukum sekaligus sumber UU bagi individu, masyarakat dan negara.
Dari Al Quran kami mengistimbath hukum Wajib, Sunnah, Halal, Makruh dan Haram. Jika Al Quran wajibkan kami sesuatu, maka apapun itu akan kami usahakan lakukan. Jika Al Quran haramkan sesuatu, kami pasti meninggalkan.
Kami juga berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan apa yang disunahkan Al Quran serta berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa yang dimakruhkan Al Quran. Diantara itu, kami juga mengambil apa-apa yang dihalalkan Al Quran, sebatas untuk mememnuhi kebutuhan kami dan agar mendekatkan kami pada ketaatan.
Sementara Pancasila hanyalah produk akal, pikiran manusia, yang tidak memiliki rujukan dan dasar lengkap untuk mengatur kehidupan. Pancasila tak punya standar halal dan haram, karenanya Pancasila tidak pernah tegas memuat aturan atas persoalan zina, miras, riba, pernikahan, dll.
Pancasila hanyalah falsafah hidup yang wujudnya hanya ujaran melangit tanpa realitas yang membumi. Dalam sejarahnya, belum ada satupun rezim konsisten menerapkan Pancasila dan belum ada sejarah Pancasila memberi kesejahteraan bagi umat manusia.
Kedua, Muhammad SAW Al Mustofa adalah teladan kami, Nabi dan Rasul kami. Muhammad SAW melengkapi wahyu yang ada dalam Al Quran, sehingga melalui hadits beliau kami mengistimbath hukum Wajib, Sunnah, Halal, Makruh dan Haram. Jika Rasululah wajibkan kami sesuatu, maka apapun itu akan kami usahakan lakukan. Jika Rasululah haramkan sesuatu, kami pasti meninggalkan.
Kami juga berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan apa yang disunahkan Rasululah serta berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa yang dimakruhkan Rasululah. Diantara itu, kami juga mengambil apa-apa yang dibolehkan Rasululah, sebatas untuk memenuhi kebutuhan kami dan agar mendekatkan kami pada ketaatan.
Sementara Soekarno, dia bukan Nabi, Bukan Rasul, bukan Sahabat, bukan Tabiin, bukan Tabiit Tabiin, bukan ulama Mujtahidin. Dia adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, perkataannya bukanlah dalil.
Kami menghormati Soekarno sebatas jika Soekarno mentaati syariah Islam, sejalan dengan perintah Al Quran dan Nabi Muhammad SAW. Kami pasti akan menyelisihi Soekarno, jika perkataan dan perbuatan Soekarno bertentangan dengan Al Quran dan Nabi Muhammad SAW.
Jadi kami tegaskan, kami umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, bukan loyalis Soekarno. Kami hanya akan taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya, bukan pada Pancasila atau Soekarno. Jadi jelas kedudukan kami, kami tak akan bermanis muka dengan siapapun yang berani merendahkan agama Islam. [].
Posting Komentar