Oleh : Nasrudin Joha
"Ada yang ngomong presiden dipilih 3 periode, itu ada 3. Ingin menampar muka saya, ingin cari muka, padahal saya punya muka. Ketiga ingin menjerumuskan. Itu saja, sudah saya sampaikan,"
[Jokowi, 2/12/2019]*
Jokowi kembali menampar muka, muka sendiri dan muka kawan sendiri. Sebabnya, dirinya menyebut pengusul jabatan Presiden 3 (tiga) periode disebut menampar muka, cari muka, mencari muka dan menjerumuskan. Jika ditinjau dari sisi bahasa, pernyataan Jokowi ini dapat dipahami.
Pertama, si pengusul jabatan Presiden minta 3 periode ingin menampar muka Jokowi. Wong menjabat satu periode saja gagal, ngotot periode kedua ngeluh susah jadi Presiden kok mau mengusulkan Jokowi tiga periode.
Namun, tanpa ditampar pun muka Jokowi sudah babak belur disebabkan banyaknya dusta yang dieja, janji yang diingkari dan amanah yang dikhianati. Kalau ingkar janji, dusta dan khianat itu diibaratkan noktah hitam, maka sekujur muka Jokowi sudah tak bisa dikenali akibat banyaknya noktah hitam karena dusta, ingkar dan khianat.
Kedua, si pengusul jabatan Presiden minta 3 periode belum punya muka, maka perlu cari muka. Cari muka dihadapan Jokowi, atau justru Jokowi titip pesan agar mukanya dicarikan muka oleh di tukang cari muka.
Ketiga, si pengusul jabatan Presiden minta 3 periode ingin menjerumuskan Jokowi pada nikmatnya kekuasan. Sebab, baru dilantik untuk kedua kali saja Jokowi sudah berpidato dan membahas penghasilan rakyat untuk periode 2045.
Artinya, Jokowi ingin dijerumuskan dirinya menjadi penguasa hingga akhir hayat. Tak mau diganti, meski diketahui selalu gagal dalam menyelenggarakan amanat pemerintahan. Jokowi, bahkan mengaku ekonomi di periode ini jangan sampai gagal seperti periode sebelumya.
Lantas, siapakah sosok yang menampar muka, cari muka dan menjerumuskan muka Jokowi ? Jika ditelusuri kabar di arsip mbah Google, setidaknya ada tiga.
Pertama, pengamat abal-abal yang mengklaim tokoh intelejen Suhendra Hadikuntono yang mengusulkan agar MPR sekalian mengamandemen Pasal 7 UUD 1945 supaya presiden dan wakil presiden bisa menjabat tiga periode. Jadi, si Suhendra inilah yang menampar, mencari dan menjerumuskan muka Jokowi.
Kedua, Bamsoet ketua MPR RI yang mengklaim jabatan tiga periode kehendak rakyat. Jadi, Bamsoet lah orangnya yang menampar, mencari dan menjerumuskan muka Jokowi.
Ketiga, Arsul Sani dari PPP, dia juga yang turut berwacana jabatan Presiden tiga periode. Jadi, Arsul adalah sosok yang menampar, mencari dan menjerumuskan muka Jokowi.
Padahal, ketiga orang itu adalah bolo-bolonya Jokowi. Jokowi mulai buang badan, merasa ditampar, cari muka dan dijerumuskan karena derasnya kritik publik.
Coba kalau publik diam, pasti Jokowi berujar "mengingat banyaknya aspirasi publik tentang jabatan Presiden tiga periode, tentunya semua pihak layak untuk mempertimbangkan hal itu sebagai materi muatan dalam kajian amandemen konstitusi",begono.
Kami rakyat di bawah sudah paham watak dan kelakuan politisi. Ga usah muter-muter kalau punya kehendak, bilang saja mau jadi Fir'aun, biar MPR segera menjahit jubahnya dengan melakukan amandemen konstitusi. Tak usah pedulikan rakyat, mau protes juga suaranya ujungnya diabaikan. Suka-suka kalian lah atur dan kelola negara ! [].
Posting Komentar