Oleh: Nasrudin Joha
Gusti Allah Mboten Sare, setelah banteng moncong jumawa Ngluruk kantor media massa, memukul, merusak property, setelah penenggak hukum umumkan itu bukan pidana, hanya lucu-lucuan, setelah pimpinan banteng moncong sebut 'Rata dengan Tanah' jika Kejadian itu terjadi di Jateng, belum sempat bibir ini mingkem, tiba-tiba publik dikejutkan atas tertangkap tangannya Bupati Purbalingga yang kena OTT KPK.
BECIK KETITIK OLO KETORO, kabeh mesti ngunduh UWOHING PAKERTI, ojo adigang, adigung lan adiguno. Gusti Allah mboten sare. Doa orang-orang terzalimi di bulan suci Ramadhan diijabah. Balasan itu cash, langsung dan seketika, meski ada pula yang dicicil, bahkan ada pula yang ditangguhkan hingga di akherat.
Mirisnya, kader banteng moncong yang tertangkap tangan KPK langsung dipecat, tidak diberi bantuan hukum, diisolasi, seolah orang asing yang tidak pernah memberikan jasa dan sumbangsih bagi partai. Demikianlah, berhimpun di parpol harus berani manis diisap partai, sepah dibuang partai.
Kader-kader partai yang memberi asupan gizi bagi partai, akan dibuang jika kelak akan membebani elektabilitas partai. Tidak ada solidaritas, tidak ada kesetiakawanan, tidak ada jiwa korsa, ikatan yang dibangun adalah ikatan kurawa.
Ini pelajaran Penting bagi umat, dan generasi Islam yang masih mengabdi dan meniti karier politik menjadi kader banteng. Segeralah kembali ke pangkuan Islam, kembalilah ke jalan Al Quran, keluarlah dari kawanan gerombolan liar, sebelum kalian dijadikan sesaji, dijadikan tumbal, dan dikorbankan demi kekuasaan.
Jika melihat adzab yang bertubi, setelah banyaknya blunder dan kesalahan politik, sulit bagi banteng untuk dapat bertahan lebih lama lagi. Banteng KETATON, telah 'Tatu' lehernya, disembelih opini publik karena kejumawaannya, bergerak giras seolah akan melahap mangsanya, padahal banteng KETATON sedang sakratul maut. Lukanya cukup parah, sekujur tubuhnya bersimbah darah, gerakannya liar persis seperti ayam disembelih, bergerak jumpalitan seperti kesetanan, seolah akan menerkam lawan, padahal sedang khusuk menjemput ajal.
Usia banteng tinggal menghitung hari, bilangan tangguhnya makin sedikit, sebentar lagi umat akan terlepas dari rusaknya tatanan kehidupan bernegara, karena dikelola dengan logika preman, logika banteng KETATON. Semoga saja keadaan ini segera berakhir, banteng KETATON segera menemui ajalnya.
Kasus Purbalingga ini, akan semakin menggerus elektabilitas partai. Masalah demi masalah terus mengerubuti. Belum kelar kasus ngluruk kantor media, kasus tunjangan kakek nenek pembina ideologi negara, kasus e KTP tercecer, kasus anggaran daerah yang dipalak untuk bayar THR dan gaji ke-13, Kasus Purbalingga ini semakin meneguhkan keyakinan : *kezaliman pasti akan memperoleh balasannya.*
Wahai manusia, janganlah kalian jumawa, janganlah dengan kuasa kalian kesampingkan rintihan umat. Doa orang terzalimi itu makbul, apalagi di bulan suci Ramadhan. Karenanya, janganlah berbuat suka-suka, tidak mengindahkan karma dan azab pedih di akherat.
Sekali lagi, kejumawaan itu mudah ditumbangkan, tirani sangat rapuh menjaga diri. Kekuasaan zalim, tidak akan pernah menang melawan kekuatan umat. Karena itu, percayalah pertolongan Allah SWT.
Siapa saja yang berdoa kepada Allah, memohon pertolongan-Nya, niscaya Allah SWT menjadi wali dan penolongnya. Siapa saja yang menentang syariat Allah, hukum-hukum-Nya, maka Allah SWT akan menjadi musuhnya. Dan ingat ! Dalam setiap fase sejarah kehidupan, tidak ada kekuatan makhluk yang bisa menang melawan kekuasaan sang pencipta.
Kenyataan ini menjadi tambahan bisyaroh, janji Allah itu pasti, Khilafah itu pasti. Karenanya, kepada para penentang syariat dan hukum Allah, cukup katakan kepada mereka "KHILAFAH PASTI TEGAK !". Cukuplah Allah SWT sebaik-baik penolong. [].
Posting Komentar