Dikutip dari cnn.com, Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Batam, Kepulauan Riau, meningkat 100 persen pada September 2019. Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan Agustus 2019.
"Penderita ISPA dipastikan naik, bisa dua kali lipat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmaryadi di Batam, seperti dikutip dari Antara, Kamis (19/9).
Tapi sungguh sangat ironis, disaat korban-korban karhutla tercekak kabut asap pekat, presiden jokowi berposting ceria dengan cucunya di kawasan Istana Negara-Bogor.
Jalan-jalan pagi di sekitar Istana Bogor bersama Jan Ethes, melihat kuda, kambing, dan rusa merumput di pelataran.— Joko Widodo (@jokowi) September 21, 2019
Ngomong-ngomong, Jan Ethes paling suka binatang apa? pic.twitter.com/preoGkSRwh
Tidak ada yang salah dengan cuitan tersebut, tetapi memang timmingnya tidak pas, karena akan menimbulkan turunnya kewibawaan seorang pemimpin dimata rakyatnya. Banyak netizzen menyayangkan cuitan tersebut, tak terkecuali buzzer pendukungnya.
Pemimpin yang baik harus mempunyai rasa kepekaan pada situasi di sekeliling masyarakat, diantaranya harus peka terhadap situasi dan kondisi yang sedang dialami masyarakat saat ini.Peka dikitlah pak..— takviri (@Takviri) September 22, 2019
Saat anak-anak terpapar ISPA di daerah karhutla Sumatera & Kalimantan, seorang kepala negara pamer cucunya menikmati udara segar di lingkungan istana.
Ya ngga heran dikritik habis-habisan. https://t.co/9QxVruFWYJ
Dalam suatu riwayat yang mengisahkan tentang keteladanan seorang pemimpin dan penyelenggara negara pada saat itu. Salah seorang sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab melakukan perjalanan dan berkunjung ke salah satu provinsi yang berada dibawa kekuasaannya, dalam penyambutannya sang Gubernur menjamu Umar makan malam dengan jamuan istimewa, sebagaimana lazimnya perjamuan untuk pejabat, apalagi kepala negara (setingkat presiden).
Begitu duduk di depan meja hidangan, Umar kemudian bertanya kepada gubernur, “Apakah hidangan ini adalah makanan yang biasa dinikmati oleh seluruh rakyatmu ? “Dengan gugup, sang gubernur menjawab,” tentulah tidak wahai Amirul Mukminin, ini adalah hidangan istimewa untuk menghormati anda.
Umar lantas berdiri dan bersuara keras. “Demi Allah, saya menjadi orang terakhir yang menikmatinya, setelah seluruh rakyatku dapat menikmati hidangan seperti ini, baru saya akan memakannya,” begitulah sikap terpuji yang ditunjukkan Umar bin Khattab, yang mendahulukan kepentingan rakyatnya dibandingkan kepentingan pribadinya.
Posting Komentar