Oleh : Maulana Jati
Perasaan bangga, senang dan sedih menyelimuti kami ketika dari dini hari sampai siang, mengikuti acara reuni Akbar 212 pada tahun 2019 ini. Walaupun setiap tahun tidak pernah absen dalam mengikuti setiap agenda 212, setiap tahun juga rasa rindu ini tidak pernah ada habisnya. Kerinduan atas persatuan ummat, terobati sementara atas jutaan kaum muslimin tumpah ruah hadir di monas. Dengan pemikiran dan perasaan yang sama terkait keadaan dan masa depan Islam.
Kami bangga karana bendera Tauhid yang selama ini hanya ditinggikan oleh ormas HTI, sekarang jadi milik kaum muslimin secara keseluruhan. Selama bertahun-tahun mendakwahkan bendera Nabi saw, baru tahun-tahun ini justru diterima oleh umat. Penjualan bendera ini juga berjejer di daerah sekitar monas, padahal sebelum-sebelumnya kami bagi-bagikan gratis untuk umat kibarkan. Doa tulus kami, semoga juga ke depan ada penerimaan umat atas konsep Khilafah secara total, InsyaAllah.
Memang di setiap Reuni Akbar 212, tidak ada yang bisa memungkiri, bendera Tauhid berkibaran dimana-mana. Dari kerumunan bendera itu ada bendera Tauhid yang sangat menyita mata kami, bendera Liwa ukuran besar berdiri kokoh dengan pasak hidupnya. Terlihat para manusia pasak begitu bangga dan tidak mengeluh walaupun tugasnya hanya berdiri agar bendera tidak jatuh ke tanah. Pemandangan ini, jelas menunjukkan pemahaman mereka atas kesakralan dan kesucian bendera Tauhid sehingga ada rona semangat di wajah mereka. Apalagi lebih kerennya, bendera besar ini dilindungi oleh para pasukan berkuda gagah perkasa, yang terkadang berpatroli disekitar bendera. it's so awesome...
Ya... Allah... melihat ini kami terbayang bagaimana para Khalifah yang digambarkan sebagai pemegang bendra Liwa besar ada di darul Khalifah, dilindungi oleh para pasukan kaum muslim yang mengitarinya dengan membawa arrayah kecil. Sehingga rindu ini bukan terobati, justru semakin membesar akan kedatangan Khalifah Agung ditengah umat.
Justru ke arah penegakan Syariah dan Khilafahlah agenda 212 harus dialamatkan, bukan hanya sebatas kumpul-kumpul dan menghimpun perasaan. Namun memang, semua ini dimulai dengan persatuan umat atas kesamaan pandangan terkait permasalahan utama dan solusinya.
Memori di kepala ini, akan kami ceritakan kepada anak-cucu kami. Bagaimana Ayah-Kakeknya ini pernah menjadi bagian dari pergerakan penting dari perjuang penegakan Syariah kaffah, walaupun hanya sebatah menghadiri tanpa ada kontribusi di acara. Hanya memeganng satu bendera ukuran biasa hanya untuk menunjukan keberpihakan. Hanya jadi pendengar para ulama dan habaib yang ada di depan. Tidak apa-apa, kami bangga sekali menjadi bagian dari sejarah penting kaum muslimin. semuanya akan ceritakan kepada anak-cucu kami agar mereka juga bisa menjadi bagian dari perjuang umat ini baik penegak Khilafah atau suatu saat menjadi tentaranya.
Memori ini juga akan kami bawa sampai mati, sampai bertemu kekasih hati, habibana wa nabiyana Muhammad saw. Berharap bisa termasuk ke dalam orang yang ada di bawah Ar-Rayahnya Rasulullah saw, walaupun tidak mengapa jadi orang paling akhir, sudah cukup. Sehingga dengan ini, kami tidak akan ragu ketika bertemu dengan beliau untuk meminta Syafaat darinya, atau ketika beliau bertanya kepada kami :
"Apa yang kamu lakukan untuk umat ku...?"
Maka kami akan menjawab sambil, semoga diizinkan, mencium tangannya dan memeluknya :
"Ya... Rasulullah... Saya umatmu, saya adalah pejuang Syariah dan Khilafah... Saya pernah ikut banyak acara untuk penyadaran umat, juga acara 212 beberapa kali, dalam rangka menyatukan umatmu dan membangkitkan mereka di atas dasar Agama mereka." []
Posting Komentar