Oleh : Nasrudin Joha
Semua pihak, termasuk saya punya hak untuk bertanya kepada rezim kenapa mengasingkan Habib Muhammad Rizq Syihab (HRS) dengan modus mencekalnya. Saya bertanya, bukan saja karena itu hak saya tetapi juga ada perintah dari Habibana untuk menanyakan langsung kepada rezim kenapa sampai hari ini, sampai kami mengadakan Reuni 212 ke-3, HRS belum bisa pulang, kembali kepada kampung halamannya, menjemput rindu pada kaumnya.
Melalui Reuni 212 ini, kami paham dan mengerti kenapa Habibana tak jua bisa pulang mengobati kerinduan kami. Kalian, rezim zalim ini telah membuat dusta dan kebohongan.
Pertama, kalian berdusta menyebut Habibana tak pernah lapor dan berkoordinasi dengan pihak kedubes R.I. di Reyadh. Faktanya, justru kedubes R.I. mengirim utusan langsung untuk mengecek kondisi HRS, memeriksa dan mengambil sejumlah dokumen legalitas HRS.
Bahkan, kedubes Anda melakukan hubungan telepon langsung dengan HRS. Hal ini, menunjukan rezim berdusta dengan buang badan, menyalahkan HRS tidak lapor ke kedubes ihwal kendala kepulangan ke Indonesia.
Kedua, kalian berdusta seolah problemnya ada di otoritas Saudi. Padahal, dubes yang lama maupun yang baru komit untuk membantu pemulangan HRS, hanya saja kondisi cekal HRS justru atas permintaan otoritas R.I. Terakhir, Dubes Saudi menyebut 'ada lobi tingkat intelejen dari R.I.' untuk mempertahankan HRS tetap di Saudi.
Ketiga, kami baru tahu bahwa biang masalah adalah otoritas R.I. yang sedang menjalankan politik 'pengasingan' untuk mengisolasi HRS menggunakan sarana cekal. Hal ini, menujukkan rezim Jokowi tak ubahnya seperti rezim penjajah Kompeni yang dalam sejarah membuang (mengasingkan) sejumlah pejuang kemerdekaan.
Karena itu, saya mau tanya kepada rezim. Apa salah HRS hingga harus diasingkan ? Berapa rupiah kerugian negara yang ditimbulkan oleh HRS ? Sampai kapan, kalian akan bersikap zalim kepada ulama kami ?
Kami sangat paham, kerikil politik pasca tunduknya kubu 02 adalah gerakan 212. Kami yakin, rezim pasti tak mau ada kekuatan lain diluar kubu rezim yang membahayakan eksistensi kekuasaan rezim.
Namun bukankah semua ini terjadi karena kezaliman rezim ? Lihat saja, sampai hari ini Busukma belum dipenjara. Sementara itu, Abu Janda dan Muafiq ikut latah melecehkan agama Islam.
Gerakan 212 adalah batu sandungan bagi rezim untuk bertindak tiran kepada umat. Karena itu, pilihannya memang tak mungkin ada rekonsiliasi. Hanya melawan.
Rezim ini jatuh atau umat yang akan menjatuhkannya. Sementara umat, perlahan namun pasti sedang menapak tangga-tangga kebangkitan Islam. Semua ujian ini, membuat umat semakin matang dan siap untuk menerima tongkat estafet kekuasan yang menolong, kekuasaan yang menerapkan hukum Islam. [].
Posting Komentar